Tampilkan postingan dengan label Berita Video Pilkada. Tampilkan semua postingan

Batal Jadi Cawapres, Erick Thohir Tetap Dukung Prabowo

  


Menteri BUMN Erick Thohir siang tadi bertemu dengan Menteri Pertahanan sekaligus bakal calon presiden dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) Prabowo Subianto. Pada pertemuan tersebut Erick dengan tegas menyatakan dukungannya ke Prabowo di Pilpres 2024.

Sebelum menunjuk Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka, Erick Thohir sebenarnya adalah calon kandidat kuat Cawapres Prabowo. Erick bahkan didorong Partai Amanat Nasional (PAN) untuk menjadi Cawapres Prabowo. Namun akhirnya KIM sepakat memilih Gibran sebagai Cawapres Prabowo.

"Jadi Pak terima kasih saya akan support Pak Prabowo karena ini sesuatu kehormatan buat saya dan keluarga dan saya ingin menjadi bagian Indonesia yang tentu lebih besar lagi, lebih maju lagi lebih baik lagi," ungkap Erick di kediaman Erick Thohir, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (31/10/2023).

Pada pertemuan tersebut, Erick menyampaikan pesan khusus dari anaknya ke Prabowo. Erick bilang pesannya adalah ekonomi Indonesia harus dijaga.

"Saya merasa sangat terhormat ya kedatangan Bapak Prabowo ke rumah saya, makan bersama istri dan anak-anak saya. Ini sesuatu yang luar biasa Pak. Bahkan tadi anak saya yang perempuan, Asha nitip mimpinya dia ke bapak Indonesia ke depan hijau green economy. Anak-anak laki saya tadi bicara Pak ini yang namanya ekonomi harus dijaga karena ini bagian masa depan anak muda kita untuk terus menjadi pengusaha dan pekerja," tutur Erick.

Sementara itu, Prabowo Subianto mengucapkan terima kasih atas dukungan Erick Thohir untuk bertarung di Pilpres 2024. Prabowo pun memuji Erick Thohir sebagai seorang pekerja keras dan memiliki visi bagus. Prabowo bahkan menyebut Erick Thohir adalah seorang 'tangan dingin'.

"Alhamdulillah terima kasih beliau menawarkan untuk mendukung saya jadi terima kasih Pak Erick. Sangat besar artinya bagi saya karena saya paham Pak Erick seorang pekerja keras, seorang yang berpikir jauh ke depan, seorang doer pelaksana, doer mengejar produktivitas, keberhasilan dan kayaknya tangan dingin ya apa yang beliau pegang jadi bagus gitu termasuk sepak bola hobinya sama. Terima kasih Pak," tutup Prabowo.

Debat Keras Tim CAPRES Dimulai Dengan Topik Intoleran dan Politik Identitas

  


Akbar Faizal Uncensored, sebuah podcast politik dari Nagara Institute. Debat keras Tim Calon Presiden dimulai, Topik Intoleran dan Politik Identitas dikupas habis dengan tajam dan terarah pada arah tawaran Calon Presiden yang disukai rakyat yang terbaik.

Hasil Survei Charta Politika, Ganjar Unggul Setelah Deklarasi Capres

  


Lembaga survei Charta Politika Indonesia merilis hasl survei terkait elektabilitas bakal calon presiden pada Pilpres 2024.

DEBAT KEDUA CAPRES REPUBLIK INDONESIA 2019

  

DEBAT Capres tahap Kedua dilakukan Di Hotel Sultan Jakarta. Kedua pasangan capres-Cawapres akan memberikan penampilan yang optimal.

CATATAN DEBAT PERDANA CALON PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA



DEBAT capres tahap pertama sudah dilakukan. Kedua pasangan capres-cawapres memberikan penampilan yang optimal. Meski demikian, kita tidak dapat menghindari kesimpulan bahwa debat pertama di minggu lalu terasa membosankan. Saya mencatat dan menduga mengapa muncul persepsi seperti itu.

Warga Dukung Dedi Mulyadi Jadi Gubernur Jabar



PILKADA.OR.ID - Ribuan warga dari 27 kabupaten/kota di Jabar, mendatangi rumah dinas Bupati Dedi Mulyadi. Ternyata, warga memberikan dukungan kepada kepala daerah dua periode itu untuk maju dalam Pilkada Jabar 2018. Warga menilai, Dedi sangat merakyat. Karenanya, warga ingin Jabar punya gubernur yang dekat dengan rakyatnya.


Rosidin (39 tahun), warga asal Desa Cihambulu, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Subang, mengatakan, kedatangan warga dari Cihambulu ini, untuk memberikan dukungan moril kepada Bupati Dedi Mulyadi. Warga Subang ingin, Dedi maju dalam Pilgub Jabar.

"Selama ini, Kang Dedi (sapaan akrab Dedi Mulyadi) sangat dekat dengan rakyat. Jadi, kami mendukungnya," ujar Rosidin, kepada Republika.co.id, Rabu (26/4).

Selain Rosidin, tokoh masyarakat asal Kabupaten Indramayu, Tarkani AZ, mengatakan hal senada. Dia menilai, selama ini Dedi Mulyadi dianggap telah sukses membangun Purwakarta. Serta, sangat dekat dengan masyarakat. Baik di Purwakarta maupun luar Purwakarta.

"Pak Dedi, mau membantu siapa saja yang kesulitan," ujarnya.

Bahkan, lanjut Tarkani, setiap lebaran dirinya diberi kain sarung oleh Dedi Mulyadi. Meskipun sepele, tapi kain sarung itu punya makna tersendiri. Sebab, baru kali ini ada pemimpin yang dekat sama rakyatnya. Karena itu, dirinya bersama masyarakat Indramayu lainnya mendukung Dedi Mulyadi untuk menjadi Jabar 1.

Dia berharap, bila Dedi Mulyadi jadi Gubernur Jabar, provinsi ini ada perubahan. Minimalnya, program pemerintah lebih pro rakyat lagi. "Kami mendoakan semoga Kang Dedi jadi Gubernur Jabar," ujarnya.

Tak hanya dari Subang dan Indramayu, banjir dukungan pun mengalir dari warga wilayah lainnya. Seperti, Ciamis, Kuningan, Cirebon, Garut, Tasikmalaya, Sukabumi, Cianjur, Pangandaran, Karawang dan lainnya.

Selain memberikan dukungan moril, tak sedikit dari warga ada yang membawa oleh-oleh buat Dedi Mulyadi. Seperti, beras dari Cianjur, kue pocong dan ranggining dari Garut. Oleh-oleh dari warga luar Purwakarta tersebut, lalu dibagikan lagi oleh Dedi kepada warganya, yang kebetulan memang ada di lokasi pemda.

"Kebetulan hari ini bertepatan dengan seba nagri (syukuran desa atas hasil bumi), oleh-oleh dari warga dituker dengan hasil bumi yang dibawa masyarakat Purwakarta," ujar Dedi Mulyadi. 

Debat Kedua Pilkada DKI Jakarta 2017



PILKADA.OR.ID - Debat kandidat kedua yang diselenggarakan KPU DKI Jakarta akan berlangsung Jumat malam ini (27/1) di Hotel Bidakara. Tema debat malam hari ini seputar reformasi birokrasi, pelayanan publik dan penataan kawasan perkotaan.

Salah satu isu krusial yang diangkat adalah reformasi birokrasi dan pelayanan publik. Hal ini mengingat ketiga kandidat akan memimpin pegawai negeri sipil (PNS) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang tercatat di Badan Kepegawaian Daerah (BKD) sebanyak 72.697 orang. 


Sejumlah persiapan dilakukan para tiga pasangan calon, mulai dari membaca, melengkapi data, berdiskusi maupun tetap berkampanye seperti biasa. Ketiga pasangan calon pun optimis menghadapi debat kali ini.


Seperti pasangan nomor urut dua, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat. Sebagai calon petahana Ahok akan mengandalkan pengalamannya menggarap Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) dan memimpin Jakarta selama dua tahun terakhir.


Selain itu, Ahok juga akan menjadikan merit system atau standar oenilaian kinerja sebagai salah satu andalan yang dibawa saat debat. Saat ini, merit system  jadi pedoman dalam tindak pengawasan yang dilakukan oleh Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN). 

Lihat juga:
Menyorot Jelang Debat Kedua Pilgub DKI Jakarta
"Jadi, kepala daerah enggak semaunya saja pecat atau ganti orang. Semua harus ada angkanya. Kami buatkan talent pool, pakai angka semua. Kalau mau mengatakan lurah ini enggak baik, pejabat ini enggak sesuai, harus ada rapornya," kata Ahok.

Sementara itu, pasangan nomor urut tiga Anies Baswedan-Sandiaga Uno juga tak kalah siap dengan tema kali ini. Berbekal sebagai mantan menteri, Anies ingin birokrasi dapat melayani semua warga.


Sebab menurut Anies, dalam pelayanan publik, pemerintah melalui para birokratnya harus menjamin pemenuhan hak dasar warga Jakarta tanpa terkecuali. Oleh karenanya, dia akan menjanjikan pelayanan berjalan dengan baik.


"Tugas birokrasi yang sebenarnya melayani, menjalankan UU dan peraturan, Perda. Tugas pemimpin memastikan birokrasi seluruhnya ditunaikan," kata Anies.

Tak hanya itu, salah satu yang akan dia tawarkan dalam debat adalah penyediaan program aplikasi untuk membuka akses anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). 

Lihat juga:
Elektabilitas Jelang Debat II Pilkada DKI
Sedangkan, pasangan nomor urut satu, Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni lebih irit bicara mengenai tawaran yang akan 'dijual' dalam debat. Hanya saja, Sylviana yang memiliki pengalaman birokrasi selama lebih dari 30 tahun, akan menjadi andalan untuk menghadapi tema debat kali ini.

Beberapa posisi penting di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun pernah diemban oleh Sylviana, mulai dari Kepala Dinas Pendidikan, Walikota Jakarta Pusat, pelaksana kebijakan Walikota Jakarta Barat, hingga Kepala Satpol PP DKI Jakarta.

Terakhir, sebelum memutuskan mengundurkan diri, Sylviana menjabat posisi eselon satu sebagai Deputi Gubernur bidang Pariwisata dan Kebudayaan.

"Ingat, saya punya Mpok Sylvi. Mpok Sylvi 31 tahun di birokrasi Pemda DKI Jakarta dan beliau tak hanya tahu persis apa yang terjadi 5 tahun terakhir tapi juga masa-masa sebelumnya," kata Agus. 


Pengaruh Elektabilitas

Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Adrian Sopa, mengatakan penampilan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta di panggung debat terbuka Pilkada 2017 dianggap tak berdampak signifikan terhadap elektabilitas.


Anggapan debat tak berpengaruh besar terhadap elektabilitas cagub dan cawagub disampaikan berdasarkan hasil kajian dan survei terbaru yang dilakukan LSI Denny JA.


Dalam survei yang dilakukan LSI Denny JA pada 5-11 Januari, tercatat ada 9 persen responden yang belum menentukan cagub dan cawagub pilihannya dalam Pilkada.

Lihat juga:
Indikator Politik: Elektabilitas Ahok Ungguli Agus dan Anies
Dari jumlah itu, Adrian menyebut debat hanya mampu mempengaruhi suara dari 3 persen responden. Angka tersebut, ujarnya, didapat berdasarkan hasil survei dan riset dari penelitian di Amerika Serikat ihwal debat terbuka.

"Itupun ketika memang kandidat dianggap menang mutlak oleh si pemilih. Tapi dengan format sekarang kan kita melihat agak jarang si kandidat menang mutlak, karena formatnya sudah ditentukan kemudian temanya ditentukan," tutur Adrian.

Akan tetapi penilaian dari survei LSI Denny JA tak berbanding lurus dengan berbagai hasil survei pascadebat yang dilakukan beberapa lembaga.

Seperti Indikator Politik Indonesia yang menempatkan Ahok-Djarot mencapai 38,2 persen. Sementara pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni mendapat suara 23,6 persen dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno 23,8 persen.


Terkahir Survei Saiful Mujani Research Center (SMRC) juga memenangkan Ahok-Djarot dengan 34,8 persen. Sementara pasangan Anies-Sandi dengan 26,4 persen dan Agus-Sylvi 22,5 persen.


Debat Pertama Pilkada DKI Jakarta 2017



Pasangan cagub-cawagub nomor dua DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, dinilai paling unggul dalam debat pertama Pilkada DKI Jakarta 2017 pada Jumat (13/1/2017) pekan lalu.



Hal ini berdasarkan hasil survei Populi Center yang diselenggarakan pada 14-19 Januari 2017.



"Masyarakat menilai bahwa pasangan yang paling unggul pada debat pertama adalah Ahok-Djarot dengan persentase 36,5 persen," ujar Peneliti Populi Center, Nona Evita, saat merilis hasil survei di Kantor Populi Center, Jalan Letjen S Parman, Jakarta Barat, Minggu (22/1/2017).



Nona mengatakan, pasangan nomor tiga, Anies Baswedan-Sandiaga Uno, berada di posisi kedua dengan 25,5 persen.

(Baca juga: Sandiaga Anggap Hasil Survei Terbaru sebagai "PR")

Sementara itu, pasangan nomor satu, Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, berada di posisi ketiga dengan persentase 17,8 persen.

Adapun responden yang tidak menonton debat sebanyak 14,2 persen dan yang tidak menjawab sebanyak 6,0 persen.

Berdasarkan hasil survei, dalam debat pertama, pemahaman Ahok-Djarot dinilai paling tinggi dibandingkan pasangan calon lainnya terhadap empat isu.

Keempat isu tersebut adalah isu kemiskinan (30,2 persen), kesenjangan sosial (32,8 persen), penanggulangan kemacetan (47,5 persen), dan transportasi publik (47,5 persen).

Sementara itu, pemahaman Anies-Sandi dinilai unggul pada dua isu, yaitu lapangan kerja (33,3 persen) dan pendidikan (41,7 persen).

"Sementara di seluruh isu pada debat pertama, masyarakat DKI (responden) menganggap bahwa pasangan Agus-Sylvi paling rendah pemahamannya," kata Nona.

Dalam survei tersebut, Ahok-Djarot dinilai paling memahami permasalahan di Jakarta (44,2 persen), paling jelas program dan solusinya atas permasalahan di Jakarta (37,7 persen), dan paling bagus pemaparan visi, misi, dan programnya (37,7 persen).

(Baca juga: Populi Center: Agus-Sylvi 25,0 Persen, Ahok-Djarot 36,7 Persen, Anies-Sandi 28,5 Persen)

Sementara itu, Anies-Sandi dinilai paling mengesankan penampilannya saat debat, baik dari segi pakaian, cara berbicara, dan gestur (31,8 persen).

Hasil survei juga memperlihatkan penilaian masyarakat terhadap pemahaman Agus-Sylvi akan sejumlah isu, yaitu isu lapangan kerja (20,2 persen), isu kemiskinan (25,8 persen), kesenjangan sosial (21,8 persen), penanggulangan kemacetan (13,3 persen), transportasi publik (15,2 persen), dan pendidikan (14,0 persen).

Survei Populi Center ini dilakukan dengan wawancara tatap muka terhadap 600 responden di enam wilayah di Jakarta.

Metode penelitian yang digunakan yakni multistage random sampling dengan margin of error lebih kurang 4 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Survei ini dibiayai kas internal Yayasan Populi Indonesia.

Hasil Pengambilan Nomor Undian Pilgub,Agus-Sylfie 1, Ahok-Djarot 2, Anis-Sandiaga 3


PILKADA.OR.ID - Pengambilan nomor urut Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2017 berlangsung malam ini, Selasa (25/10/2016), di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat. Jelang jadwal pengambilan nomor urut Pilkada DKI 2017, para pendukung pasangan Ahok-Djarot, Agus-Sylviana, dan Anies-Sandiaga telah memeriahkan suasana dengan berbagai yel-yel.

Agus-Sylviana merupakan pasangan cagub-cawagub DKI yang pertama kali tiba di JIExpo Kemayoran, disusul dengan kehadiran Ahok-Djarot, dan terakhir Anies-Sandiaga. Jadwalnya, pengundian nomor urut Pilkada DKI Jakarta 2017 akan dimulai pukul 19.00 WIB.

Menurut Komisioner KPU DKI Bidang Pencalonan dan Kampanye, Dahliah Umar, nantinya sebelum mengambil nomor urut, pasangan cagub-cawagub akan mengambil nomor antrean untuk mengambil nomor urut Pilkada DKI 2017. Urutan pengambilan nomor antrean dilakukan berdasarkan urutan pasangan cagub-cawagub yang mendaftar ke KPU DKI saat masa pendaftaran.

Dengan demikian yang pertama mengambil nomor antrean yakni pasangan Ahok-Djarot, kemudian Agus-Sylviana, dan terakhir pasangan Anies-Sandiaga. Setelah itu, barulah pengambilan nomor urut Pilkada DKI dilakukan secara berurutan sesuai nomor antrean.

Berikut hasil pengundian no urut Pilkada DKI Jakarta 2017 :

Nomor 1 : Agus – Sylviana
Nomor 2 : Ahok – Djarot
Nomor 3 : Anies – Sandiaga

Selanjutnya, pasangan cagub dan cawagub akan memasuki masa kampanye mulai tanggal 28 Oktober 2016 hingga 11 Februari 2017. Menurut rencana, KPU Jakarta akan mengadakan deklarasi kampanye damai Pilkada DKI 2017 yang berlangsung pada hari Sabtu, 29 Oktober 2016, di Silang Barat Monas.

Menyaksikan Meriahnya Pengambilan Nomor Urut Pilgub DKI

Pengundian nomor urut pasangan Cagub-cawagub sedianya dilaksanakan hari ini pukul 18.00 WIB, bertempat di JIE Kemayoran, Jakarta Pusat.

KPU DKI telah menyiapkan momen pengambilan nomor urut, yang akan disaksikan ribuan mata masing-masing pendukung.

"Ya kami sekarang sedang persiapan briefing terakhir untuk kegiatan nanti malam, sudah hal-hal yang sangat teknis. Pada prinsipnya, semuanya sudah disiapkan, gedungnya, kemudian atributnya, kemudian nomor urut kita juga sudah siapkan," kata Dahlia Umar, Komisioner KPU DKI Bidang Pencalonan dan Sosialiasi, Selasa (25/10/2016).

Pasangan calon diperbolehkan untuk membawa maksimal 500 pendukung dan relawan. KPU DKI mewajibkan pendukung dan relawan memiliki ID Card untuk terdata.

"Kemudian juga harus betul-betul dikoordinir oleh tim pasangan calon supaya tertib dan tidak mengganggu proses acara nanti malam," lanjut Dahlia.

Nanti malam, Paslon akan mengambil nomor antrian. Dari nomor antrian tersebut, Paslon mendapat giliran mengambil nomor(urut Peserta Pilkada) berdasarkan hasil antrian.

"Baru kemudian kita akan tetapkan Siapa saja yang mendapatkan nomor urut 1, 2, dan 3, kita umumkan dan akan kita publikasikan,"

"Selanjutnya sebagai bahan sosialisasi kepada masyarakat bahwa ini loh calon gubernur-wakil gubernur nomor urut 1, 2, dan 3," jelasnya.

Sebelumnya, di Balai Sudirman, Tebet, Jakarta Selatan, mendadak gemuruh, Senin (24/10). Suara yel-yel terdengar bersahutan.

Mereka adalah para pendukung pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat, Anies Baswedan-Sandiaga Uno, dan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni.

Ketiga pasangan itu kemarin resmi ditetapkan sebagai calon gubernur dan calon wakil gubernur DKI Jakarta yang akan berlaga dalam Pilkada serentak tahun 2017.



Mereka dinilai Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI telah memenuhi syarat sebagai calon.

Benarkah Seorang Agus Harimurti Yudhoyono Adalah Anak Ingusan ?


PILKADA.OR.ID - Beberapa hari yang lalu, seorang analis politik mengatakan bahwa Agus H. Yudhoyono masih anak ingusan. Saya tidak faham apakah yang dikatakan Ikrar Nusa Bhakti itu adalah dikarenakan Agus adalah yang termuda diantara Calon Gubernur DKI dibandingkan dengan usia Ahok dan Anies baswedan yang keduanya tentu masih bisa disebut muda tetapi tentu tidak tepat disebut INGUSAN.


Tetapi apa yang disampaikan oleh pengamat tersebut tidaklah berkaitan dengan umur. Sebelumnya Ikrar dalam sebuah wawancara mengatakan, level Agus yang juga putra sulung SBY di politik maupun kemiliteran masih minim. Padahal, selama ini gubernur DKI yang berlatar militer selalu berpangkat Letnan Jenderal. Misalnya, Ali Sadikin, Tjokropranolo, hingga Sutiyoso"

Sedangkan Agus Yudhoyono baru berpangkat mayor. Ikrar pun menyebut Agus masih ingusan untuk bersaing di Pilkada ibu kota negara. “Buat saya ngaco aja sih. Dia mau jadi panutan. Panutan apa anak masih ingusan gitu?” ujar Ikrar di Jakarta, (Pojoksatu Jumat (23/9)).


Menurut pendapat saya yang awam dibidang politik (maknanya bukan analis politik), apa yang disebut Ikrar tersebut diatas tidaklah benar baik dari sisi usia ataupun aspekta yang lain, yang paling tidak benar adalah bahwa Agus Yudhoyono tidak bisa dibandingkan dengan Ali Sadikin, Tjokropranolo ataupun Setyoso, mengapa?. Karena saat ketiganya tampil sebagai Gubernur DKI prosesinya adalah melalui pengangkatan dan bukan pilihan, sementara jenjang kepangkatan Militer tidak disebut didalam Undang Undang Pilkada, tetapi batasan umur dengan jelas ditetapkan, yang bermanka Agus Yudhoyono sudah sangat pantas untuk tampil karena sudah memenuhi kriteria umur yang ditentukan dalam undang undang.
Ikrar Nusa Bhakti yang memang sudah jauh lebih tua dari Agus Yudhoyono, mungkin saja membandingkan Agus dengan kedua competitornya AHOK dan ANIES yang memang lebih tua dibandingkan dengan Agus, tetapi lebih tua tidak bermakna lebih berpengalaman, karena masing-masing calon tentu bisa disebut sebagai pendatang baru di Pilkada DKI dalam posisinya sebagai "Calon Gubernur", bahkan untuk AHOK sekalipun, dia yang saat ini menjabat sebagai Gubernur DKI sebelumnya adalah Wakil Gubernur terpilih saat Jokowi sebagai Gubernur terpilih. Ahok memang pernah mencalonkan diri di daerahnya sebagai Gubernur tetapi tidak terpilih, sementara Anies Baswedan juga pendatang baru yang tidak bisa disebut sebagai sosok dengan dengan segudang pengalaman, karena memang Anies juga masih muda, dan pengalamannya hanya pada saat dia adu nasib di penjaringan calon pemimpin Partai Demokrat, kemudian sebagai salah satu team sukses Pilpres Jokowi - Kalla dan diangkat menjadi Menteri Pendidikan yang tidak diselesaikannya karena diganti oleh Presiden, kemudian seperti yang diketahui dia menjadi Cagub DKI karena ditetapkan oleh Jenderal Prabowo yang notabene musuh politik pada saatnya, dalam pada itu sebagai akademisi Anies Baswedan pernah duduk sebagai Rektor Universitas Paramadina yang cikal  bakalnya adalah Almarhum Nurcholis Majid, namun saya sama sekali tidak pernah mendengar kehebatannya saat menjadi Rektor, maknanya Anies juga biasa biasa saja.
Yang benar adalah bangsa ini harus memberi kesempatan kepada Pemuda untuk tampil dalam kancah kemimpinan, baik di daerah ataupun di tingkat Nasional, karena jaman sudah menuntut Pemuda untuk berkiprah, dan usia 38 tahun adalah usia yang cukup matang untuk memulai karir sebagai politisi di negeri ini (sama dengan saat Anies Bswedan diangkat sebagai Rektor Universitas Paramadina), karena dahulu di negara lain ada juga sosok pemuda mantan Militer yang sampai di akhir hayatnya menggoncangkan dunia, siapa yang tidak kenal Letkol Qaddafi?. Dialah satu-satunya pemimpin yang berhasil memakmurkan negerinya dan mensejahterakan rakyatnya dengan caranya tentu di dalam memimpin. Jika kemudian terdapat sesuatu yang menimpanya, dalam sekejap Rakyat Lybia sudah merindukannya karena keporak porandaan Lybia. Yang jelas Agus Yudhoyono bukan anak ingusan yang tidak sanggup melawan pesaingnya.
Bagi saya pribadi karir cemerlangnya di militer dan well educatednya tidaklah menjadi sesuatu yang membuat saya tidak menyebutnya sebagai ingusan, tetapi Agus sebagai anak Presiden SBY, Cucu Jenderal sarwo Edhy telah mengikuti kata hatinya, mengorbankan karir militer dengan menerima pencalonannya sebagai CALON GUBERNUR. Jika Agus masih ingusan maka dia tidak akan menerima pencalonan ini, karena karir militernya akan membawanya ke jenjang kepangkatan yang lebih tinggi JENDERAL dan banyak yang bisa dijabat saat pangkatnya sudah Jenderal.
Sementara menjadi "Calon Gubernur" Agus Yudhoyono bisa saja kalah walau kemungkinan besar akan menang, antara kalah dan menang sajalah pilihannya, dan tentu pilihan sadar ini tidak akan diputuskan oleh "Pemuda Ingusan", saya kemudian ingat apa pesan Bung Karno: "Berikan aku 1000 anak muda maka aku akan memindahkan gunung tapi berikan aku 10 pemuda yg cinta akan tanah air maka aku akan menguncang dunia." Ironi jika sosok seperti Ikrar menyebut Agus H. Yudhoyono sebagai anak ingusan?.
Bagi saya Agus Yudhoyono bukan saja akan mampu memperbaiki Jakarta tetapi juga Indonesia " Agus Yudhoyono will become a Young Leader  Who is  Creating A Better Jakarta and Indonesia". Insyaallah .....
Oleh: Datuk Agung Sidayu

Presentasi Agus Harimurti Yudhoyono : Visi Besar dan Patriotisme Abad 21

  

PILKADA.OR.ID - Pengamat ingusan eh pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti mencibir langkah Agus Harimurti Yudhoyono yang memilih mundur dari TNI demi ikut pemilihan kepala daerah (pilkada) DKI.

Detik Detik Ahok - Djarot Deklarasi Calon Gubernur Jakarta

  



PILKADA.OR.ID - Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono memimpin poros alternatif dalam menentukan pasangan bakal cagub dan bakal cawagub. Ikut campurnya Presiden ke-6 RI itu tidak membuat kubu calon petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) - Djarot Saiful Hidayat gentar.

"Kau tahu bahwa yang namanya Ahok - Djarot, yang namanya PDI Perjuangan, tidak ada rasa takut. Siapapun akan kita hadapi," kata Djarot di kawasan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Kamis (22/9/2016).

Mantan Bupati Blitar itu menuturkan, persaingan di pilkada demi kebaikan warga Jakarta. Dengan catatan, persaingan bakal calon mengedepankan ide dan kerja.


"Jangan memainkan suku, agama, ras, dan antargolongan, isu yang tidak produktif bagi bangsa ini. Ujian kita itu ujian nyata, bagaimana membumikan Pancasila dan menerapkan Bhinneka Tunggal Ika," tegasnya.

Soal kekuatan pasangan calon pada Pilkada DKI Februari 2017, Djarot memprediksi tidak akan ada yang lebih menonjol. Saat ini, Djarot menunggu pasangan calon dari poros alternatif.

"Semakin banyak pilihan semakin baik. Supaya demokrasi lebih terasa dan masyarakat punya pilihan," katanya.

Siang ini, poros alternatif akan mengumumkan pasangan calon untuk mengikuti Pilkada DKI. Deklarasi di kediaman SBY akan dihadiri Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Ketua Umum PPP Romahurmuziy.

Syarief menambahkan, pihaknya tidak mendapatkan informasi apakah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Presiden PKS Sohibul Iman, hadir atau tidak. Terkait calon poros alternatif salah seorang dari Sandiaga Uno, Yusril Ihza Mahendra, dan Anies Baswedan.

PDI-P Resmi Usung Ahok-Djarot pada Pilkada DKI Jakarta 2017

PDI Perjuangan resmi memutuskan untuk kembali mengusung pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dalam Pilkada DKI Jakarta 2017.

Keputusan ini diumumkan di kantor DPP PDI-P, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Selasa (20/9/2016).

"Setelah melalui tahapan yang prosesnya bisa dipertanggungjawabkan, PDI-P mengumumkan calon kepala daerah di 101 daerah yang mengadakan pilkada serentak tersebut," kata Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto, Selasa malam.

"Tamu kita yang ditunggu teman-teman pers, calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, dan sebagai calon wakil gubernur adalah Djarot Saiful Hidayat," ucapnya.

Ahok dan Djarot turut menghadiri deklarasi malam ini. Keduanya didaftarkan ke Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta pada hari pertama pendaftaran, Rabu (21/9/2016).

Selain dari PDI-P, pasangan ini juga didukung oleh Partai Golkar, Hanura, dan Nasdem yang sudah terlebih dahulu menyatakan dukungannya kepada Ahok.

Dengan dukungan empat partai, pasangan ini mengantongi 52 kursi DPRD DKI. Adapun syarat untuk mendaftar ke KPU hanya 22 kursi.

Kini, tinggal Gerindra, Demokrat, PPP, PKB, PAN, dan PKS yang belum mempunyai calon ataupun koalisi definitif untuk Pilkada DKI 2017.

Dari keenam partai itu, tak ada satu pun yang mempunyai cukup kursi untuk mengusung calonnya sendiri.

Sementara itu, pendaftaran melalui jalur parpol akan ditutup pada 23 September mendatang.

Kabar Tokoh : Ahok Menjawab Pertanyaan Semua Kontroversi di TV One

  


PILKADA.OR.ID - FULL AHOK Interview KABAR TOKOH Tv One 24 Agustus 2016 - AHOK Saya Dari Kecil PERCAYA DIRI dialog bersama gubernur DKI sebagai cagub petahana.

Seputar Golkar Dukung Jokowi di Pilpres 2019



PILKADA.OR.ID - Peneliti senior Pusat Penelitian Politik (P2P) LIPI, Syamsuddin Haris, menilai, ada sejumlah latar belakang dukungan yang diberikan Partai Golkar terhadap pencalonan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2019 mendatang.

Padahal, seperti diketahui, Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 masih cukup jauh. Namun, hanya Partai Golkar yang sudah menyatakan dukungannya bagi Jokowi untuk kembali maju dalam Pemilu.

"Saya mencatat ada empat faktor yang menyebabkan Golkar langsung dideklarasikan Jokowi sebagai Capres," kata Syamsuddin, dalam diskusi PARA Syndicate "Jokowi: Koalisi dan Manuver 2019", Jumat (5/8) di Jakarta.

Yang pertama, menurutnya, memang Partai Golkar memandang bahwa haluan politik dan pembangunan yang dimiliki Jokowi sesuai dengan yang diinginkan Golkar. Dukungan ini merupakan dukungan tulus yang tidak disertai embel-embel apa pun.

Alasan yang kedua, ada keinginan elite Golkar untuk mendongkrak popularitas dengan cara mendompleng popularitas Jokowi. Yakni, dengan memberikan dukungan kepada Jokowi dengan maksud ingin memperoleh keuntungan elektoral dengan menumpang popularitas.

"Ini penting bagi Golkar untuk meningkatkan suaranya dalam Pileg. Partai Golkar ingin memanfaatkan popularitas Jokowi," ujar Syamsuddin.

Kemudian yang ketiga, dengan deklarasi di awal-awal, Partai Golkar ingin menitipkan sesuatu bahwa dalam Pilpres 2019, Jokowi bisa mengambil posisi Wakil Presiden (Wapres) dari Golkar.

Selanjutnya, yang keempat adalah bukan sesuatu langkah yang tidak mungkin bahwa Partai Golkar ingin mengambil alih Jokowi untuk masuk ke partainya.

Langkah ini juga dipertimbangkan karena Golkar sudah menyadari dan membaca adanya ketidakharmonisan antara Jokowi dan partai pengusungnya, yakni PDI Perjuangan.

"Sehingga seolah Partai Golkar mewakafkan diri menjadi kendaraan politik bagi Jokowi. Saya kira empat alasan inilah yang melatarbelakangi deklarasi dukungan Golkar pada Jokowi pada 2019," kata Syamsuddin.

Ahok Terancam Tak Bisa Ikut Pilkada DKI Jakarta

  

PILKAD.OR.ID - Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) terancam tak bisa mencalonkan diri kembali sebagai kandidat gubernur pada Pilkada DKI Jakarta 2017.

Satu-satunya "Pintu" Ahok Menuju Pilkada DKI


PILKADA.OR.ID - Selama beberapa bulan, Basuki Tjahaja Purnama berada dalam kondisi yang tidak biasa. Dia menjadi satu-satunya orang yang memiliki dua pintu untuk bisa kembali menjadi Gubernur DKI. 

Dulu, di salah satu tangannya ada 1 juta data KTP yang dikumpulkan "Teman Ahok" selama satu tahun. Jumlah data KTP sebanyak itu dapat menjadi tiket untuk Ahok maju dalam Pilkada DKI 2017 melalui jalur perseorangan. 

Lalu di salah satu tangan lainnya, Ahok memgang dukungan dari tiga partai politik. Ketiga partai itu adalah Partai Golkar, PartaiHanura, dan Partai Nasdem. Jumlah kursi di DPRD DKI ketiga partai tersebut cukup untuk membawa Ahok maju pada Pilkada DKI 2017 tanpa perlu melalui proses verifikasi yang melelahkan seperti jalur independen. 

Pada Minggu (7/8/2016), waktu penyerahan syarat perseorangan sudah berakhir. Kini, pintu bagi Ahok untuk maju lewat jalur perseorangan tertutup rapat. Satu juta data KTP Teman Ahok tidak digunakan untuk apa-apa. Tinggal satu pintu yang dimiliki Ahok, yaitu pintu partai politik.


Peluang terakhir 




Pelaksana tugas Ketua DPD PDI-P Provinsi DKI Jakarta, Bambang DH, menyebut Ahok belum tentu maju pada Pilkada DKI 2017. Sebab, belum tentu tiga parpol pendukungnya mendaftarkan dia ke KPU DKI. 

"Maju enggak? Udah ada kepastian belum? Karena kan batas untuk independen selesai," kata Bambang. 

Dengan ditutupnya pendaftaran calon perseorangan, maka tumpuan Ahok kini hanya kepada tiga partai politik pendukungnya. Menurut Bambang, dukungan dari tiga partai politik untuk Ahok masih sebatas pernyataan. 

"Sisanya kan nanti pas pendaftaran. Kalau satu partai (pendukung Ahok) ikut kami (bagaimana)?" kata Bambang. 

Bambang seolah menakuti Ahok. Meskipun, tiga partai itu sudah menyerahkan surat rekomendasi dukungan untuk Ahok, politik selalu dinamis. Hal ini membuat maju tidaknya Ahok dalam Pilkada DKI sangat tergantung kepada tiga partai pendukung. 

Jumlah kursi ketiga partai pendukung Ahok di DPRD DKI Jakartasaat ini adalah 24 kursi. Adapun untuk dapat mengusung cagub dan cawagub, diperlukan 22 kursi di DPRD DKI. Dengan demikian, jika satu partai pendukung Ahok membelot, maka berkurang jumlah kursi di DPRD DKI dan pupus sudah harapan Ahok maju pada Pilkada DKI 2017.

Ahok pasrah 

Ahok pun tertawa saat mengomentari soal kemungkinan partai pendukungnya berbalik badan menarik dukungan. Jika hal itu sampai terjadi, Ahok merasa sudah tertipu. 

"Kalau ada yang membelot ya (saya) enggak ikut (Pilkada), ketipu dong ha-ha-ha. Senang dong semua," kata Ahok. 

Ahok mengatakan, akan ada sejumlah pihak yang senang jika akhirnya dia tidak berhasil maju pada Pilkada DKI 2017. Ahok mengatakan suasana Pilkada DKI 2017 pasti langsung tenang. 

"Langsung turun tuh tensi ketegangan Pilkada DKI. Dari panasnya jadi adem, langsung adem dong," kata Ahok. 

Ahok pun pasrah dengan kondisi ini. Ia tidak memiliki pilihan lain selain percaya ketiga partai tersebut akan terus mendukung sampai akhir.

Sekjen PDIP: Risma masuk Pertimbangan Cagub DKI

  

PILKADA.OR.ID - Setelah Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri berkunjung ke Surabaya, spekulasi Wali Kota Tri Rismaharini diusung ke Pilgub DKI semakin gencar. Apalagi elite PDIP mulai bicara blak-blakan soal terbukanya peluang Risma maju Pilgub DKI.

Live Ridwan Kamil tidak jadi mencalon Gubernur DKI, Ridwan Kamil : Saya tetap milik Bandung


Ridwan Kamil yang banyak didukung beberapa kalangan, tidak akan menantang Ahok di Pilgub DKI, setelah melakukan semacam konsultasi publik melalui akun Facebook-nya.
Pertanyaan Ridwan Kamil di akun Facebook-nya mengenai Pilgub DKI, ditanggapi 80 ribu orang.
"Saya harus mendengarkan aspirasi warga, saya juga melakukan survey internal, dan sudah diskusi dengan keluarga dan mentor utama saya, yaitu Ibu saya sendiri," kata Ridwan Kamil dlam jumpa pers sesudahnya.
Pernyataan sikap Ridwan Kamil disiarkan secara live streaming melalui akun Facebook-nya, Senin (29/2).
Ridwan Kamil banyak dijagokan sebagai satu-satunya calon yang bisa menggagalkan terpilihnya kembali Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok, yang tak disukai oleh beberapa kalangan garis keras serta para politikus di DPRD DKI Jakarta.
Ridwan Kamil mengungkapkan keputusan itu, karena sejumlah partai politik harus mengumumkan siapa kandidat yang diusungnya pada April 2016 mendatang. Ridwan Kamil menyatakan masih banyak warga yang menginginkan dirinya memimpin Bandung.
"Pertimbangan terbesarnya hanya satu, tugas saya belum selesai di periode pertama, mungkin nanti setelah selesai, kemanapun takdir membawa, selama karyanya ada. Jadi bekal saya untuk berkiprah di lembaga-lembaga selanjutnya. Bisa ke Jakarta, mungkin juga ke Jawa Barat. Tidak masalah juga melanjutkan jilid dua, menjadi jadi Walikota Bandung, atau memenuhi aspirasi keluarga saya, yang menginginkan saya menjadi arsitek kembali," ungkap Ridwan.
Ia juga mengungkapkan, sempat berbicara dengan Presiden Joko Widodo, sebelum mengambil keputusan itu.
Masa jabatan Ridwan Kamil sebagai Walikota Bandung, akan berakhir pada 2018 mendatang. Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil, dikenal sebagai Walikota yang sering berinteraksi dengan warganya melalui media sosial. Emil, memiliki 1.2 juta follower di Twitter, dan 2.6 juta follower di Instagram.
Ridwan Kamil menegaskan pula, bahwa suatu hari, "saya akan maju ke Jakarta, tapi tidak sekarang."
Muncul spekulasi, apakah 'akan maju ke jakarta' yang dimaksudnya adalah kelak akan mencalonkan diri sebagai gubernur DKI Jakarta, atau malah untuk pemilihan presiden.

Inilah Adhyaksa Dault Yang Didaulat Calon Gubernur DKI, Didukung Ulama Hingga Pengusaha Gobel

  

Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault berambisi menjadi calon Gubernur DKI Jakarta dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tahun 2017.

SANDIAGA UNO CALON GUBERNUR JAKARTA


Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra menyatakan kesiapannya untuk menjadi calon gubernur DKI 2017 nanti. Dia ingin ada perbaikan di Jakarta.


"Saya rasa sebagai tokoh muda yang ingin ada perbaikan, semuanya harus siap," kata Sandiaga di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (16/9/2015).



Sandiaga berbicara usai menghadiri diskusi yang diadakan Fraksi PKS, sebagai narasumber, soal melemahnya nilai tukar rupiah. Meski begitu, kehadiran dia di acara PKS bukanlah untuk mencari dukungan.



"Nggak. Saya diundang soal diskusi perlambatan ekonomi. Saat ini para pengambil kebijakan harus duduk bersama," kata pengusaha ini.



Saat ini, baik partainya sendiri yakni Gerindra maupun PKS belum menentukan pilihan soal calon gubernur DKI 2017. Namun sebelumnya Presiden PKS Sohibul Iman pernah menyampaikan bahwa pihaknya sedang memindai (scanning) tokoh muda potensial untuk menjadi calon gubernur DKI 2017.



"Belum disampaikan (oleh PKS)," kata Sandiaga.



Sandiaga mengaku masih baru di dunia politik. Namun dia melihat Jakarta perlu dibenahi, karena Jakarta masih tertinggal dibanding kota metropolis lainnya. Wacana kandidat calon gubernur yang berkembang dewasa ini disebutnya sebagai hal yang baik.



"Semakin banyak yang digadang-gadang maka semakin bagus. Ini akan membawa dampak kebijakan di DKI di masa depan," kata dia.