Ahok menang di debat Kedua Pilkada DKI,

Debat Kedua Pilkada DKI Jakarta 2017

Selasa, Februari 07, 2017 Visi Indonesia Proaktif 0 Comments



PILKADA.OR.ID - Debat kandidat kedua yang diselenggarakan KPU DKI Jakarta akan berlangsung Jumat malam ini (27/1) di Hotel Bidakara. Tema debat malam hari ini seputar reformasi birokrasi, pelayanan publik dan penataan kawasan perkotaan.

Salah satu isu krusial yang diangkat adalah reformasi birokrasi dan pelayanan publik. Hal ini mengingat ketiga kandidat akan memimpin pegawai negeri sipil (PNS) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang tercatat di Badan Kepegawaian Daerah (BKD) sebanyak 72.697 orang. 


Sejumlah persiapan dilakukan para tiga pasangan calon, mulai dari membaca, melengkapi data, berdiskusi maupun tetap berkampanye seperti biasa. Ketiga pasangan calon pun optimis menghadapi debat kali ini.


Seperti pasangan nomor urut dua, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat. Sebagai calon petahana Ahok akan mengandalkan pengalamannya menggarap Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) dan memimpin Jakarta selama dua tahun terakhir.


Selain itu, Ahok juga akan menjadikan merit system atau standar oenilaian kinerja sebagai salah satu andalan yang dibawa saat debat. Saat ini, merit system  jadi pedoman dalam tindak pengawasan yang dilakukan oleh Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN). 

Lihat juga:
Menyorot Jelang Debat Kedua Pilgub DKI Jakarta
"Jadi, kepala daerah enggak semaunya saja pecat atau ganti orang. Semua harus ada angkanya. Kami buatkan talent pool, pakai angka semua. Kalau mau mengatakan lurah ini enggak baik, pejabat ini enggak sesuai, harus ada rapornya," kata Ahok.

Sementara itu, pasangan nomor urut tiga Anies Baswedan-Sandiaga Uno juga tak kalah siap dengan tema kali ini. Berbekal sebagai mantan menteri, Anies ingin birokrasi dapat melayani semua warga.


Sebab menurut Anies, dalam pelayanan publik, pemerintah melalui para birokratnya harus menjamin pemenuhan hak dasar warga Jakarta tanpa terkecuali. Oleh karenanya, dia akan menjanjikan pelayanan berjalan dengan baik.


"Tugas birokrasi yang sebenarnya melayani, menjalankan UU dan peraturan, Perda. Tugas pemimpin memastikan birokrasi seluruhnya ditunaikan," kata Anies.

Tak hanya itu, salah satu yang akan dia tawarkan dalam debat adalah penyediaan program aplikasi untuk membuka akses anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). 

Lihat juga:
Elektabilitas Jelang Debat II Pilkada DKI
Sedangkan, pasangan nomor urut satu, Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni lebih irit bicara mengenai tawaran yang akan 'dijual' dalam debat. Hanya saja, Sylviana yang memiliki pengalaman birokrasi selama lebih dari 30 tahun, akan menjadi andalan untuk menghadapi tema debat kali ini.

Beberapa posisi penting di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun pernah diemban oleh Sylviana, mulai dari Kepala Dinas Pendidikan, Walikota Jakarta Pusat, pelaksana kebijakan Walikota Jakarta Barat, hingga Kepala Satpol PP DKI Jakarta.

Terakhir, sebelum memutuskan mengundurkan diri, Sylviana menjabat posisi eselon satu sebagai Deputi Gubernur bidang Pariwisata dan Kebudayaan.

"Ingat, saya punya Mpok Sylvi. Mpok Sylvi 31 tahun di birokrasi Pemda DKI Jakarta dan beliau tak hanya tahu persis apa yang terjadi 5 tahun terakhir tapi juga masa-masa sebelumnya," kata Agus. 


Pengaruh Elektabilitas

Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Adrian Sopa, mengatakan penampilan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta di panggung debat terbuka Pilkada 2017 dianggap tak berdampak signifikan terhadap elektabilitas.


Anggapan debat tak berpengaruh besar terhadap elektabilitas cagub dan cawagub disampaikan berdasarkan hasil kajian dan survei terbaru yang dilakukan LSI Denny JA.


Dalam survei yang dilakukan LSI Denny JA pada 5-11 Januari, tercatat ada 9 persen responden yang belum menentukan cagub dan cawagub pilihannya dalam Pilkada.

Lihat juga:
Indikator Politik: Elektabilitas Ahok Ungguli Agus dan Anies
Dari jumlah itu, Adrian menyebut debat hanya mampu mempengaruhi suara dari 3 persen responden. Angka tersebut, ujarnya, didapat berdasarkan hasil survei dan riset dari penelitian di Amerika Serikat ihwal debat terbuka.

"Itupun ketika memang kandidat dianggap menang mutlak oleh si pemilih. Tapi dengan format sekarang kan kita melihat agak jarang si kandidat menang mutlak, karena formatnya sudah ditentukan kemudian temanya ditentukan," tutur Adrian.

Akan tetapi penilaian dari survei LSI Denny JA tak berbanding lurus dengan berbagai hasil survei pascadebat yang dilakukan beberapa lembaga.

Seperti Indikator Politik Indonesia yang menempatkan Ahok-Djarot mencapai 38,2 persen. Sementara pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni mendapat suara 23,6 persen dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno 23,8 persen.


Terkahir Survei Saiful Mujani Research Center (SMRC) juga memenangkan Ahok-Djarot dengan 34,8 persen. Sementara pasangan Anies-Sandi dengan 26,4 persen dan Agus-Sylvi 22,5 persen.


0 Post a Comment: