Tampilkan postingan dengan label Berita Partai. Tampilkan semua postingan

Mahfud MD Sebut, 985 Tower BTS 4G Kominfo Mangkrak


Menteri Koordinator bidang Poltik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menyebut, tower proyek base transceiver station (BTS) 4G Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mangkrak. 

Debat Keras Tim CAPRES Dimulai Dengan Topik Intoleran dan Politik Identitas

  


Akbar Faizal Uncensored, sebuah podcast politik dari Nagara Institute. Debat keras Tim Calon Presiden dimulai, Topik Intoleran dan Politik Identitas dikupas habis dengan tajam dan terarah pada arah tawaran Calon Presiden yang disukai rakyat yang terbaik.

Hasil Survei Charta Politika, Ganjar Unggul Setelah Deklarasi Capres

  


Lembaga survei Charta Politika Indonesia merilis hasl survei terkait elektabilitas bakal calon presiden pada Pilpres 2024.

Deklarasi Ganjar Pranowo Capres Dilakukan Jelang Idul Fitri, Ini Kata Pengamat

(Dari kiri) Ketua DPP PDI-P Puan Maharani, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, dan Presiden Joko Widodo berfoto bersama seusai pengumuman bakal capres PDI-P yang dilaksanakan di Istana Batutulis, Kota Bogor, Jawa Barat (21/4/2023). Megawati Soekarnoputri resmi mengumumkan nama Ganjar Pranowo yang diusung sebagai calon presiden di Pilpres 2024.

Rekam Jejak Survei Puskaptis yang Menangkan Prabowo-Hatta

Empat lembaga survei menyebut Prabowo-Hatta unggul versi quick count Pilpres 2014. Salah satu lembaga survei tersebut adalah Pusat Kajian dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) yang merilis hasil 52,06% untuk Prabowo-Hatta.

Gara Gara Ahok, Pilkada DKI Jakarta Serasa Pilpres


PILKADA.OR.ID - Pilkada DKI Jakarta menjadi fenomena baru dalam perpolitikan Tanah Air. Tokoh-tokoh kampiun nasional mengambil peran sangat sentral.

Lihat saja peran Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Keterlibatan para ketua umum memang diharuskan dalam UU Pilkada. Karena rekomendasi dari ketua umum diperlukan agar calon yang diusung tidak mengalami perbedaan pendapat antara pimpinan partai di tingkat lokal dengan pusat.

Selain itu, tidak bisa dipungkiri, tiga tokoh itu adalah politikus karismatik yang sangat berpengaruh di Tanah Air. Langkah-langkah mereka menjadi penentu arah politik Indonesia, setidaknya selama mereka masih hidup.

Terlebih, tiga partai itu dinilai sebagai partai yang masih menjual figur pemimpinnya. Keunggulannya, kesolidan partai di dalam pun sulit dipecah.

Karena itu, akan sangat menarik jika tiga tokoh itu "turun gunung" dan sibuk berperan di Pilkada DKI 2017. Kita tidak bisa menutup mata pengaruh dari tiga tokoh tersebut.

Benar kata SBY, Pilkada DKI 2017 ini pilkada rasa pilpres. Tidak salah pernyataan SBY tersebut.

Setidaknya, hal ini terlihat dari peranan Megawati, SBY, dan Prabowo dalam pilkada ini. Bukan tidak mungkin Presiden Joko Widodo juga ikut berperan, meski tidak secara langsung.

Langkah Megawati pemantiknya


Peran Megawati sangat kuat ketika mendaftarkan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dengan Djarot Saiful Hidayat di KPU DKI. Padahal, Ahok diusung juga oleh tiga parpol lain, Partai Golkar, Partai Nasdem, dan Partai Hanura.

Dari tiga parpol lain yang mengusung Ahok, tidak ada satu pun batang hidung ketua umumnya yang dampingi Ahok mendaftar. Hanya Megawati.

Tak cukup sampai di situ, saat mengantarkan Ahok ke KPU DKI, Megawati mempersilakan Ahok semobil dan duduk di sampingnya. Sementara Djarot, duduk di kursi depan. Jelas sekali Megawati menunjukkan arti penting Pilkada DKI 2017.

Sehari sesudah Megawati mengantarkan Ahok ke KPU DKI, SBY pun bereaksi. Ia tak ingin diam menyikapi peran Megawati yang sangat sentral dalam mengusung Ahok.

SBY kemudian menyiapkan jurusnya, sang putra mahkota, Agus Harimurti Yudhoyono dan dipasangkan dengan birokrat Pemprov DKI, Sylviana Murni. Pilihan ini pun didukung PPP, PKB, dan PAN.

Keputusan SBY untuk menarik Agus yang saat ini masih aktif di infanteri TNI AD dengan pangkat mayor cukup riskan. Apalagi, Agus masih hijau untuk masuk dalam perpolitikan, pun pemerintahan. Tak hanya itu, dengan maju di Pilkada DKI, Agus diharuskan mundur dari militer.

Karena itu, langkah SBY disebut-sebut juga mematikan karier militer Agus yang cemerlang dan memiliki kemungkinan menjadi seorang jendral. Sebagai informasi, Agus memiliki tradisi keluarga tentara,  sebut saja SBY yang memiliki bintang tiga di pundaknya sebelum terjun ke politik. Di generasi sebelumnya ada kakek Agus, Letjen (purn) Sarwo Edhie Wibowo, dan paman Agus, Jendral (purn) Pramono Edhie Wibowo. 

Soekarno dulu pernah berkata, "Dalam revolusi, bapak makan anak adalah hal yang lumrah". Mungkin saja SBY sedang melakukan revolusi terhadap Agus, atau justru sebaliknya, entahlah.

Keputusan SBY yang diumumkan tengah malam (22/9/2016) ini memang cukup menarik perhatian, karena SBY dikenal sebagai karakter yang penuh kalkulasi dan pertimbangan. Agus selama ini disebut-sebut sudah diproyeksikan SBY untuk menjadi presiden. Langkah Agus di Jakarta akan menjadistepping stone mendekatkan dirinya menuju Istana.

Prabowo juga tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia paham betul dinamika politik nasional yang kini dikuasai kubu Megawati.

Prabowo tidak ingin Jakarta kembali dikuasai Banteng, terlebih Ahok sebelumnya adalah kader Partai Gerindra yang akhirnya memutuskan keluar karena tidak setuju dengan keputusan partai yang ingin pemilihan kepala daerah dilakukan oleh DPRD ketika itu.

Langkah Prabowo terlihat hati-hati, bahkan ketika dirinya diminta ke Cikeas, ia menolak calon yang diusung koalisi di Cikeas itu yang diketahui mengusung Agus.

Prabowo pun mengerti, Agus yang menjadi putra mahkota SBY kemungkinan diproyeksikan juga sebagai calon presiden nantinya. Ini tentu situasi yang kurang baik bagi diri dan partainya.

Langkah Gerindra untuk mengajukan calonnya memang alot, lobi belasan jam hingga berganti hari. Sandiaga Uno yang sebelumnya dipastikan akan diusung Gerindra belum menemui kepastian dengan siapa ia akan maju.

Belakangan, nama Anies Baswedan muncul dan menjadi calon gubernur dari Partai Gerindra dan PKS. Sandiaga yang selama delapan bulan menyosialisasikan dirinya sebagai bakal calon gubernur harus puas dengan posisi calon wakil gubernur dengan keputusan yang diambil pada Jumat (23/9/2016).

Mungkin situasi akan bertambah pelik jika saja Megawati mendaftarkan Ahok-Djarot di hari terakhir, 23 September 2016, bukan saat hari pertama pendaftaran (21/9/2016). Lobi-lobi kilat yang kalang kabut bisa saja terjadi, atau jika deadlock bisa saja Ahok-Djarot jadi calon tunggal.

Magnet Ahok


Nama Ahok yang membuat para tokoh kampiun itu ambil peran tak bisa dipungkiri adalah penyebabnya. Ahok sejauh ini dinilai tidak memiliki lawan yang kuat di Pilkada DKI 2017. Karena itu, para tokoh tadi pun putar otak, termasuk Megawati yang belakangan mengusung Ahok.

PDI-P pun mengalami dinamika yang luar biasa sebelum memutuskan mengusung Ahok. Sempat ada gejolak di internal mereka, meski pada akhirnya mengaku solid dukung Ahok.

Lantaran Ahok diusung Megawati, sumbu pun tersulut hingga membuat SBY dan Prabowo ikut dalam pertandingan. Memang, dukungan Megawati ini membangkitkan romantisme persaingan di pilpres.

Perlu diingat, Ahok sebenarnya sudah kuat dengan maju melalui jalur perseorangan karena persyaratannya sudah mencukupi. Meski akhirnya, Ahok memilih maju melalui jalur parpol dengan dukungan dari Partai Golkar, Partai Nasdem, dan Partai Hanura. Pilihan PDI-P yang belakangan mendukung Ahok inilah yang membuat tokoh-tokoh yang tidak mendukung Ahok langsung bereaksi.

Sumbu yang tersulut itulah yang membuat SBY dan Prabowo turun gunung. Panggung pilkada semakin terlihat layaknya pilpres.

Rasa Pilpres

Pilpres 2019 memang masih empat tahun lagi, namun waktu itu akan cukup untuk mematangkan calon agar mumpuni maju di kancah nasional. Salah satunya adalah dengan menjadikan Jakarta sebagai laboratorium politik menuju Istana. Setidaknya Presiden Joko Widodo membuktikan keberhasilan itu

Jakarta adalah kunci! Tidak berlebihan, karena di sinilah pusat kekuasaan berada. Pusat perhatian media, dan konsentrasi masyarakat. Apa yang terjadi di Jakarta langsung tersebar di seantero nusantara.

Karena itu, penguasa Jakarta akan sangat vital ditempati. Jika bukan sebagai batu loncatan, ya sebagai eksistensi pengaruh perpolitikan nasional.

Selain itu, Ahok juga berulang kali menyebut dirinya ingin menjadi orang nomor satu di Tanah Air lantaran banyak orang yang meremehkan dirinya. Ahok pun menilai dirinya cocok mendampingi Jokowi di pilpres.

Menarik melihat para tokoh senior skala nasional turun gunung untuk memperhatikan Jakarta. Nama "Khusus" yang disandang propinsi kita memang benar-benar dapat perlakuan spesial dari tokoh-tokoh tersebut.

Namun, Jakarta butuh konsistensi kebijakan, butuh keberlanjutan kepemimpinan, tidak bisa bongkar pasang kebijakan dalam jangka pendek. Pergantian pucuk pimpinan di Jakarta di tengah jalan dikhawatirkan mengganggu konsistensi tersebut.

Selain itu, kita bisa saja tertawa melihat betapa perpolitikan kita dipegang secara oligarki. Tiga pucuk pimpinan itu memang bagai memiliki poros tersendiri. Poros Megawati, poros SBY, dan poros Prabowo. Apa yang terjadi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kepentingan mereka.

Kembali ke Jakarta. Tiga pasangan calon sudah mendaftar, tidak tertutup kemungkinan saat kampanye nanti pengaruh tiga politikus senior itu kembali terlihat.

Kita nikmati saja panggung yang ada, dengan pilihan yang logis dan sesuai, silakan memreteli apa yang akan dilakukan pasangan calon itu untuk Jakarta, bukan sebatas mengalahkan sang petahana.

Penulis: Fidel Ali

Editor: Heru Margianto

Sumber:
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/09/24/14010271/gara-gara.ahok.pilkada.dki.berasa.pilpres

Inilah Alasan Hanura Usung RW-Irvan dan Amin-Saleh di Pilkada Riau 2017

PILKADA.OR.ID - Suara parlemen 4 kursi partai Hanura di parlemen DPRD Kota Pekanbaru diberikan bulat ke pasangan calon walikota Ramli Walid dan Irvan Herman. Hanura memberikan suaranya berdasarkan pertimbangan matang.

Hal itu ditegaskan oleh Sayed Junaidi Rizaldi sebagai tim Pilkada Nasional DPP Hanura. Menurutnya keputusan tersebut telah melalui pertimbangan survei yang dapat dipercaya.

Untuk Pilkada di kabupaten Kampar, DPP Hanura memberikan suaranya kepada pasangan Muhammada Amin dan Muhammad Saleh.

"Karena itu, partai memberikan dukungan kepada kedua kandidat tersebut. Kita yakin bisa memenangkan pemilihan. Karena selain mempunyai program yang bagus, kedua kandidat tersebut juga merakyat. Mereka tidak asing lagi di mata masyarakat," ujarnya.

Hanura dengan seluruh kader partai akan bersatu memenangkan kedua pasangan tersebut. Sebab, ini putusan partai, maka sudah jadi kewajiban bagi seluruh kader memenangkan kandidat yang diusung Hanura.

"Kita punya kader yang loyal dengan partai. Kalau pun ada kader yang tidak tunduk dengan putusan ini, akan kita tindak tegas. Akan disanksi sesuai AD/ART partai. Sanksi terberat bisa pemecatan," ujarnya.

Ia menanbahkan, bukti Hanura mempunyai kader yang solid bisa dilihat dari perolehan kursi saat Pemilu lalu. Dimana, di Pekanbaru Hanura memiliki 4 kursi dan di Kampar 5 kursi.

"Kekuatan ini akan diperkuat oleh partai koalisi. Kita optimis akan memenangkan pemilihan di Kampar dan Pekanbaru," tegas  ketua umum Nurani Rescue partai Hanura itu.

SUMBER :
http://www.forumriau.com/2016/09/inilah-alasan-hanura-usung-rw-irvan-dan.html?m=1

Hanura Pastikan Usung David Chalik di Pilwako Pekanbaru


PILKADA.OR.ID - Hanura memastikan mendukung salah seorang kadernya, David Chalik untuk maju sebagai bakal calon walikota, di Pilwako Pekanbaru, Februari 2016 mendatang. 

Sebagaimana diketahui, David Chalik merupakan artis kenamaan dari ibukota. Sedangkan di partai, David menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal DPP Hanura. 

David juga lahir dan menghabiskan masa kecil dan remajanya di Riau, tepatnya di Rumbai, Pekanbaru. Kemudian baru bertolak ke Jakarta mencari peruntungannya, hingga saat ini. 

Tim Pilkada Pusat (TPP) Hanura, Agust Shalahuddin menyampaikan, pihaknya menilai ada peluang bagi pihaknya untuk mendorong David maju di Pilwako Pilwako Pekanbaru. Apalagi menurutnya, Pekanbaru membutuhkan pemimpin yang baru. 

“Survey internal Hanura secara umum memperlihatkan adanya ketidakpuasan yang signifikan dari masyarakat Pekanbaru terhadap petahana,” kata Agust, Rabu (24/8/2016). 

Dengan kondisi Pekanbaru saat ini, menurutnya pihaknya menilai memang cukup besar peluang untuk David muncul sebagai sosok baru di Pekanbaru, dan memberikan alternatif bagi masyarakat dalam memilih. 

“Hal ini membuka peluang tokoh baru diluar calon-calon yang sudah beredar. Ini akan menjadi salah satu latar belakang ikhtiar partai Hanura mendorong David Chalik,” ulasnya. 

Sementara itu, Ketua DPD Srikandi Hanura Riau, Viviana Hanifa mengatakan, David bukan sekadar artis dari ibukota saja, namun juga merupakan sosok yang memiliki intelektual dan visi, sehingga diharapkan bisa membangun Kota Pekanbaru lebih baik lagi kedepannya. 

‘Kita melihat, potensi David memang cukup besar. Saat ini dia juga menjabat sebagai Wasekjen DPP Hanura. Dia lahir dan menghabiskan masa kecil hingga remaja di Kecamatan Rumbai, Pekanbaru,” tuturnya. 

Ketua Lembaga Melayu Riau (LMR) Jakarta, Darmawi Wardana Aris menyebutkan, dirinya menyambut baik pencalonan David Chalik tersebut sebagai bakal calon Walikota Pekanbaru di Pilkada 2017. 

“Kalau memang serius membangun Kota Pekanbaru dan maju dalam Pemilihan Walikota (Pilwako), Lembaga Melayu Riau siap mendukung,” ujarnya.

Walikota Cimahi Mencalonkan Diri Lagi Melalui PAN

PILKADA.OR.ID - Nama petahana Walikota Cimahi Atty Suharti mulai meramaikan suasana Pilkada Serentak Kota Cimahi 2017. Atty melakukan pendaftaran sebagai Bakal Calon Wali Kota Cimahi ke DPD Partai Amanat Nasional (PAN) Kota Cimahi, Sabtu, 25 Juni 2016.
Atty tiba di Sekretariat DPD PAN Kota Cimahi Jln. Kebon Kopi didampingi oleh suami yang juga mantan Wali Kota Cimahi Itoc Tochija. Kedatangan Atty untuk mengembalikan formulir pendaftaran Balon Wali Kota Cimahi ke DPD PAN Kota Cimahi yang tengah membuka penjaringan. “Saya datang untuk mendaftar karena wajib seorang kandidat melakukannya jika ingin diusung," ujarnya kepada wartawan di lokasi.
Atty menyatakan, PAN memiliki kesamaan visi dengan dirinya yaitu keinginan memajukan dan mengembangkan Kota Cimahi.
Atty mengklaim sudah ada beberapa partai politik yang ingin meminangnya. “Ada beberapa partai yang mencoba mengajak ingin bersama dengan saya. Tidak lama lagi resmi mendaftar ke beberapa partai lain,” bebernya.
Terkait bakal calon wakil walikota yang ingin menjadi pendampingnya untuk Pilkada 2017, Atty menyatakan, hal tersebut masih dalam pembicaraan.
Menanggapi hal itu, Ketua DPD PAN Kota Cimahi, H. D. Hidayat menjelaskan, mekanisme PAN mewajibkan setiap orang yang ingin menggandeng partainya harus terlebih dahulu melalui pendaftaran pada penjaringan balon Walikota Cimahi. Setelah ini, DPD PAN Kota Cimahi akan mengajukan nama Atty Suharti ke DPW PAN Jawa Barat. “Digodog lagi di tingkat provinsi, baru ke DPP PAN. Nanti baru diputuskan, harus ada survey dulu,” terangnya.
Perihal koalisi partai, PAN tengah menjalin koalisi bersama P-Gerindra di tubuh DPRD Kota Cimahi. Namun, untuk urusan Pilkada Cimahi 2017, Hidayat menilai Gerindra selama ini belum memberi kepastian soal kelanjutan koalisi. "Kami enggak merasa meninggalkan Gerindra. Kalau mau mengusung nama yang lain, silahkan,” tuturnya.

Dadang Sumpena Siap Maju Pada Pilkada Lampung Barat 2017

PILKADA.OR.ID‎Anggota legislatif selama empat periode, memberikan pengalaman yang menjadi modal bagi Dadang Sumpena, S.Sos, M.M., untuk memimpin Lampung Barat (Lambar) kedepan.


Tekadnya maju pada Pilkada serentak di kabupaten setempat tahun 2017 melalui penjaringan di DPC PDI Perjuangan, partai yang telah membesarkan namanya, adalah sebuah keinginan untuk membangun tanah kelahirannya. Dadang berkeyakinan dengan pengalaman yang telah dia lalui, dia mampu membawa Lambar ke arah yang lebih maju.



“Saya optimistis dengan pengalaman-pengalaman yangs udah saya lalui, saya bisa membawa Lambar ke arah yang lebih maju. Bukan sekarang belum maju, tetapi ke arah yang lebih maju,” ungkap Dadang,Kamis (3/3).



Pria kelahiran Pekon Sukapura 1966 yang mendaftar ke DPC PDI Perjuangan Lambar sebagai balonbup didampingi dua orang pendiri PDI Perjuangan Lambar tersebut, optimistis mendapatkan rekomendasi dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP).



“Berjuang tentu harus optimistis, tapi salah satu penentunya hasil survey dan saya serahkan kepada masyarakat, kira-kira pantas atau tidaknya masyarakatlah yang menentukan, karena hasil survey menjadi salah satu pertimbangan bagi DPP untuk menentukan kandidat yang akan diusung, ujarnya.

Bakal Calon Bupati Mesuji M. Junaidi Mengambil Berkas Pendaftaran di Partai Demokrat

PILKADA.OR.IDBakal Calon Bupati Mesuji M. Junaidi mengambil berkas pendaftaran di Partai Demokrat sekaligus mengembalikan berkas pendaftaran di Partai Amanat Nasional (PAN), Jumat (15/4/2016).


Kedatangan M.Junaidi di kantor Partai Demokrat didampingi koleganya sesama anggota DPRD Lampung dari Fraksi Partai Demokrat Agus Revolusi dan disambut langsung oleh Ketua DPC PD Mesuji Edi Anwar, dan segenap panitia penjaringan yang dikomandoi oleh Suharianto.

Usai mendaftar di PD Wakil Ketua Komisi III DPRD Lampung itu kemudian mengembalikan berkas pendaftaran di kantor PAN Mesuji yang letaknya bersebelahan.

Kedatangan mereka disambut oleh Sekretaris Panitia Penjaringan Mat Nur dan LO penjaringan Nuryadi Hartopo.

Dalam pernyataannya M Junaidi mengatakan salah satu program unggulan dalam misi visi yang telah disusunnya adalah mengenai pembangunan infrastruktur, pendidikan, ekonomi dan sebagainya.

"Program unggulan saya nanti adalah pembangunan dan perbaikan infrastruktur jalan, hal ini untuk menyelaraskan program Gubernur Lampung M.Ridho Ficardo. Selain itu peningkatan indeks manusia melalui pembangunan dan peningkatan mutu pendidikan, ekonomi, lapangan kerja dan sebagainya," kata M.Junaidi.

Menurutnya, pembangunan Mesuji jika dibandingkan dengan Tuba Barat yang sama-sama dimekarkan dari Kabupaten induk Tulang Bawang sangat tertinggal jauh. 

"Lihat saja jalan di sini tidak ada yang bagus. Kantor bupatipun sampai saat ini tidak kunjung usai dibangun kendati sudah menelan dana miliaran. Sementara di Tuba Barat kantornya sudah diresmikan dan megah, kondisi jalan pun sudah beraspal dan mulus," ujarnya.

Masih kata dia memimpin Mesuji diperlukan ketegasan dan piawai melakukan lobi-lobi baik ke Pemerintah Provinsi maupun pusat. Sebab jika pembangunan hanya mengandalkan APBD saja maka prosesnya akan lama.

"APBD Mesuji ini sangat kecil, tapi itu bukan jadi alasan dan pembenaran jika kemudian pembangunan infrastrukturnya harus tertinggal dari daerah lain. Sebab itu Mesuji ke depan butuh pemimpin yang piawai melakukan lobi baik ke provinsi maupun pusat, agar mau menggelontorkan dana bantuan pembangunan," tukasnya. 

Disinggung mengenai komunikasi politik dengan calon parpol pengusungnya, Wakil Sekretaris I DPD PD Lampung itu mengaku sudah melakukannya dengan semua parpol termasuk NasDem.

"Komunikasi politik sudah saya lakukan dengan berbagai partai termasuk NasDem dan PDIP. Kalaupun nanti mereka membuka penjaringan saya akan mendaftar," terangnya.

Sementara terkait siapa bakal calon wakilnya, Bung Adi panggilan akrabnya mengatakan menyerahkan keputusan kepada partai. 

"Beberapa orang sudah menghubungi dan menyatakan siap jadi balon wakil saya. Tapi saya tegaskan untuk satu itu saya serahkan kepada partai. Pada prinsipnya siapapun nanti yang akan dipasangkan dengan saya, saya siap," tutupnya.

Dengan demikian hingga kemarin, sebanyak enam orang sudah mendaftar di penjaringan balonkada Partai Demokrat Mesuji, yakni balon bupati empat orang terdiri dari Wahyu Dani Purwanto, Khamamik, Ismail Ishak dan M.Junaidi.

Sedangkan balon wakil bupati yang sudah mendaftar yakni Mulkifli  tokoh masyarakat Sungai Sidang dan Sutomo mantan Kadis Pertanian setempat.

Pengamat: Jelang Reshuffle, Presiden Terbelenggu Partai Politik

Sejumlah menteri kabinet kerja hadir dalam rapat terbatas di Kantor Presiden, Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (11/12). Rapat membahas persiapan penyelenggaraan Asian Games XVIII tahun 2018.
Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda menilai wajar dengan pernyataan keras Presiden Joko Widodo atau Jokowi, yang menyatakan agar dirinya tidak didikte terkait reshuffle kabinet jilid II. Sebab, di sistem presidensial seperti saat ini‎, partai politik memiliki peran untuk memengaruhi.

"Siapa pun presiden yang berkuasa seperti presidensil setengah hati, akan terbelenggu partai politik," ‎tegas Hanta dalam diskusi bertajuk Buruk Kinerja, Kabinet Terbelah, di Jakarta, Sabtu (9/1/2016).

Hanta menjelaskan, sejak awal pemerintahan Jokowi-JK, telah terjadi berbagai kompromi politik. Artinya, terdapat peran partai politik menentukan arah pemerintahan. Mulai dari wacana pembentukan koalisi tanpa syarat dan niat membentuk kabinet yang ramping.
Hanta menganggap kedua hal tersebut tidak berhasil dijalankan Jokowi. Secara aspek idealis terpenuhi, tapi realitanya jauh berbeda.

Terkait dengan reshuffle jilid II saat ini, Hanta yakin Jokowi berusaha lebih gigih untuk mengurangi suara-suara partai politik. "Kalau terjadi reshuffle takutnya kental nuansa kompromi politik. Beda makna jangan dikte ‎saya. Itu generalisasikan bahwa saya strong leadership," tegas Hanta.

Hanta menyampaikan ada 4 hal yang perlu diperhatikan jelang reshuffle, yaitu memperhatikan kinerja berbasis teknokratik, evaluasi publik, evaluasi politik, dan evaluasi loyalitas. Selain itu, ada 2 cara bagi Presiden Jokowi untuk mencari menteri-menteri baru, yaitu cara titipan dan intip.

"Polanya bisa titipan, nama-nama ditentukan ketum, lalu dikirim dan Presiden bingung mau beri jabatan di mana. Beda kalau intip, misal Pak Hendrawan cocok atau Kang Maman, itu beda ceritanya. Soal rekomendasi atau seleksi," tandas Hanta.

Presiden Jokowi sebelumnya menegaskan agar tidak ada pihak mendiktenya mengenai perombakan kabinet. Menurut dia, waktu perombakan atau siapa yang akan diganti sepenuhnya menjadi hak prerogatif presiden.

"Saya ulangi lagi, reshuffle itu adalah hak prerogatif Presiden. Jangan ikut-ikut mendorong-dorong, dikte-dikte, desak-desak. Itu hak prerogatif Presiden," kata Jokowi setelah menghadiri acara di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Jakarta, Rabu 6 Januari 2016.

Ribut Reshuffle, Politikus Nasdem Minta Parpol Belajar Etika Politik


Partai politik (parpol) diminta jangan meminta-minta jatah kursi menteri kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Maka itu, partai yang meminta jatah kursi menteri dianggap masih perlu belajar etika politik.


Politikus Partai Nasdem, Irma Suryani Chaniago mengatakan, parpol harusnya tidak membuat persyaratan dengan menjadi pendukung pemerintah jika diberi jatah kursi menteri.



"Saya risih menanggapi partai yang terus sibuk berbicara reshuffle kabinet dan bikin gaduh‎ di tengah rakyat yang masih susah beli beras," ujar Irma melalui sambungan telepon, Selasa (29/12/2015).



Dia mengingatkan, parpol harusnya menunjukkan kerja positif kepada masyarakat, bukan sibuk meminta jatah kursi menteri. "Rakyat butuh partai-partai yang bekerja dengan tulus membantu pemerintah, bukan yang ribut dan buat gaduh dengan isu reshuffle," ucapnya.

Pengamat: Deparpolisasi Itu Antitesis Partai Politik

Isu deparpolisasi parpol menguat setelah PDIP dinilai kesal dengan sikap Gubernur Ahok yang menolak dicalonkan dan memilih jalur independen pada Pilgub DKI Jakarta 2017.

Isu deparpolisasi atau pelemahan partai politik (parpol) menguat setelah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dinilai kesal dengan sikap Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang menolak dicalonkan dan memilih jalur independen pada Pilgub DKI Jakarta 2017. 


Menurut Pengamat Politik IndoStrategi, Pangi Syarwi Chaniago, deparpolisasi dinilai lekat dengan kegagalan parpol dalam membangun sistem dan rekrutmen kader. Alhasil, deparpolisasi menjadi semacam perlawanan terhadap parpol.



"Deparpolisasi itu antitesis partai politik. Ini saat yang tepat bagi partai politik untuk mengevaluasi proses kaderisasi dan rekruitmen partai yang kanalnya macet melahirkan pemimpin yang bisa diandalkan rakyat," tutur Pangi saat dihubungi, Sabtu 12 Maret 2016. 



Pangi mengatakan, deparpolisasi dinilai sebagai sinyal alamiah dan peringatan dini terhadap partai-partai politik. Ia berharap, parpol memperbaiki diri agar tak ditinggal konstituennya pasca menguatnya isu deparpolisasi. "Sudahkah berjalan dengan baik fungsi partai politik seperti fungsi sosialisasi, rektuitmen, pendidikan politik," tandasnya.