Calon Walikota Banda Aceh,

Kandidat Bakal Calon Walikota Banda Aceh 2017 -2022

Sabtu, Maret 05, 2016 Visi Indonesia Proaktif 0 Comments

PIKIRAN ACEH| Hasil pleno KIP Banda Aceh menetapkan perolehan kursi DPRK BNA dalam pemilu legeslatif 2014 yang lalu yaitu yang terdiri dari Partai Demokrat berhasil mendapatkan kursi terbanyak dengan total 5 kursi. Di urutan kedua, ada nama Partai NasDem, Partai Aceh dan PKS dengan perolehan masing-masing 4 kursi. Sementara Partai PPP, PAN dan Golkar masing mendapat 3 kursi dan Gerindra 2 kursi. Kemudian 2 kursi terakhir di peroleh PKPI dan PDA masing-masing 1 kursi.

Sedangkan sejumlah partai yang tidak berhasil meraih kursi parlemen DPR Kota Banda Aceh meliputi PDI, PKB, PBB, Hanura dan PNA.

Mengacu pada perolehan kursi DPRK BNA hasil pemilu legeslatif 2014 lalu, saya mencoba meramu (meramal) berbagai kemungkian yang akan muncul menjelang Pilkada 2017-2022. Terlalu dini? Sepertinya tidak, mengapa demikian karena waktu tersisa dua tahun bukanlah waktu yang lama untuk “menjodohkan” atau mencari pasangan yang tepat. Saya punja prediksi seperti ini, anda terserah, boleh sepakat dengan salah satu paket atau boleh juga tidak.

Jika sepakat berikan komen sesuai no urut, jika tidak silakan tulis (paket) jagoan anda.
Tidak komen juga tak apa. Ini negara demokrasi klo tidak sepakat boleh ke mahkamah konstitusi.

1. Teuku Irwan Djohan & Darwati A Gani
2. Kautsar & Sabri Badruddin
3. Illiza Sa’aduddin Djamal & Yudi Kurnia.

Cc: Pilihan anda tidak menentukan apapun.
Subsidi BBM tanggung sendiri. Berikut Analisa saya:

Prediksi Saya untuk Pilkada Banda Aceh 2017. Kemungkinan Paket yang akan muncul dalam Kontestasi Banda Aceh 1&2 2017-2022 (tidak terhitung jika ada calon independen) adalah paling banjak 3 paket, dengan ketentuan jika persyaratan pengajuan calon oleh parpol minimal 15 persen kursi dari total kursi DPRK yaitu 5 Kursi (15 persen dari 30 kursi).
Berikut analisa saya untuk masing-masing kemungkinan:

1.      Teuku Irwan Djohan & Darwati A Gani

Kemungkinan pasangan ini muncul dengan asumsi bahwa “kubu” pendukung Jokowi-JK dalam pilpres lalu masih kompak dan “memiliki” rasa kebersamaan seperti sa’at berjuang memenangkan Jokowi-JK (Nasdem, PBB, PKPI, Hanura, PDIP dan PNA) dalam perebutan kursi RI1 lalu. Dalam konteks ini Nasdem akan menjadi nahkoda kenapa karena hanya nasdem yang punya “peluang” dan power terbesar di kubu ini dengan menguasai 4 kursi DPRK BNA, untuk memenuhi syarat 15 persen yaitu 5 kursi, PKPI dengan 1 kursi jadi Nasdem plus PKPI sudah memenuhi syarat untuk mengusung pasangan calon. 

Dalam hal ini Nasdem bisa menjagokan Teuku Irwan Djohan sebagai calon BNA 1, lantas Kenapa Darwati A. Gani yang dijagokan untuk BNA 2? Hal ini dikarenakan PKPI yang punya 1 kursi dari kubu ini tidak mempunyai figur yang sepopuler Darwati apa lagi yang mengalahkan kepopuleran Darwati A.Gani dalam hal ini. Meskipun PNA tidak punya kursi di DPRK BNA tapi dengan perolehan suara Darwati A. Gani di pemilu legeslatif lalu di Dapil I (BNA, Aceh Besar dan Sabang) tentunya popularitas Darwati A Gani sangat layak untuk diperhitungkan. Sementara pendukung PBB, Hanura, PDIP meskipun tidak dapat kursi akan menjadi “energy” tambahan untuk memenagkan duet ini.

2.      Kautsar & Sabri Badruddin

Duet ini punya kemungkinan muncul dengan asumsi jika “kubu” pendukung Prabowo-Hatta dalam pilpres lalu juga masih kompak dan “memiliki” rasa kebersamaan seperti sa’at berjuang memenangkan Prabowo-Hatta dalam perebutan kursi RI1 2014 lalu, dengan asumsi PA dan Golkar (mau) berduet dengan salah satunya menjadi calon BNA 1 dan yang satu lagi BNA 2, dalam hal ini PA memiliki 4 kursi bisa menjagokan Kautsar yang merupakan salah satu politikus paling potensial yang dimiliki PA dan Golkar punya 3 kursi bisa mengajukan Sabri Badruddin yang mempunyai kredibilitas yang lumayan bagus untuk tingkat BNA hal ini terbukti dengan terpilihnya dia untuk DPRK Banda Aceh, dengan total 7 kursi sebenarnya sebenaranya PA dan Golkar sudah bisa mengajukan calon sendiri tidak perlu berharap pada rekan koalisi KMP lainnya semisal PKS (4 Kursi) plus Gerindra (2 Kursi) dengan total 6 kursi yang juga sebenarnya sudah punya syarat untuk bangun koalisi baru (PKS&Gerindra) mengajukan calon sendiri yang merupakan “pasukan inti” di KMP Nasional.

3.      Illiza Sa’aduddin Djamal & Yudi Kurnia.

Pasangan ini adalah kolaborasi PPP&Demokrat, kedua Partai ini (sangat mungkin) berkoalisi dikarenakan sudah dua periode bersama-sama menguasai BNA dari 2006-2012 dan dilanjutkan 2012-2017 dengan komposisi Demokrat BNA 1 dan PPP BNA 2. Atas dasar ini saya memperkirakan Koalisi ini tidak akan dipengaruhi oleh “pola” politik nasional yaitu Demokrat dan PPP berada di kubu yang berbeda dalam pilpres 2014 lalu, tetapi dalam pilkada yang akan datang saya memperkirakan komposisi akan berbeda yaitu Illiza Sa’aduddin Djamal (PPP) untuk BNA 1 dan Yudi Kurnia (Demokrat) BNA 2, kemungkinan pasangat ini juga tergolong besar (kecuali koalisi) ini gagal dipertahankan, karena mangaca pada percapaian selama dua periode mereka memimpin BNA, di sisi lain “mungkin” juga warga BNA membutuhkan Nuansa atau kreasi baru untuk membuat BNA lebih maju dari sebelumnya sehingga tidak lagi memilih pasangan ini.

Demikianlah Prediksi Saya untuk Pilkada BNA 2017-2022, Namun Proses Kandidasi yang sesungguhnya tergantung sepenuhnya pada kepastian regulasi yang akan berlaku disaat pilkada berlangsung (lihat PP 102 2014 yang mengatur tentang tatacara pengajuan Cawagub/cawabup/cawalkot yang diterbitkan Jokowi 1 Desember 2014) serta juga sangat tergantung dari pengambil kebijakan di parpol terkait, baik dalam meramu parpol koalisi maupun pemilihan sosok (figur) yang akan dijagokan.

Namun pilihan ada di tangan Masyarakat Banda Aceh.

Bagaimana menurut Anda?

Tunggu saja perkembangan selanjutnya, semua kemungkinan bisa terjadi dalam dunia politik.

0 Post a Comment: