Elektabilitas

Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandiaga Terpaut 20 Persen, Ini kata Zulkifli Hasan

Senin, November 19, 2018 Visi Indonesia Proaktif 0 Comments

Ketua Dewan Penasihat pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Zulkifli Hasan, menilai, hasil survei litbang Kompas menjadi masukan penting untuk bekerja lebih baik. 

Berdasarkan hasil survei terbaru Litbang Kompas yang digelar pada 24 September-5 Oktober 2018, elektabilitas pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin mencapai 52,6 persen dalam Pilpres 2019. Sementara, pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno mendapat 32,7 persen. 

Artinya elektablitas kedua pasangan itu terpaut 20 persen. "Ya semua survei tentu sebagai masukan penting agar tim bisa bekerja lebih baik," ujar Zulkifli, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (24/10/2018).


Zulkifli mengatakan, Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga telah memiliki survei internal sendiri. Hal senada pernah diungkapkan Direktur Media dan Komunikasi BPN Hashim Djojohadikusumo. 

Ia menyebutkan, elektabilitas antara Prabowo-Sandiaga dan Jokowi-Ma'ruf saat ini hanya selisih 6-8 persen, bukan 20 persen seperti yang dirilis sejumlah lembaga. "Walaupun tentu kami punya survei sendiri. Tapi apapun segala masukan survei tentu menjadi bahan untuk evaluasi," kata Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu. 

Seperti dikutip dari Harian Kompas, elektabilitas pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin mencapai 52,6 persen dalam Pilpres 2019.

Sementara, pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno mendapatkan 32,7 persen. Hal itu berdasarkan hasil survei terbaru Litbang Kompas yang digelar pada 24 September-5 Oktober 2018. Namun, mereka yang belum menentukan pilihan atau merahasiakan pilihannya sebesar 14,7 persen. 

"Seandainya 14,7 persen responden ini merapat kepada Prabowo-Sandi, dalam hitungan sederhana, peluang Jokowi- Ma’ruf masih sedikit lebih lebar," kata Bambang Setiawan dari Litbang Kompas. Namun, dengan memperhitungkan aspek margin of error (MOE), kata Bambang, peluang ini bisa jadi masih di titik kritis. 

Pasalnya, dengan MOE sebesar 2,8 persen, rentang perolehan Jokowi-Ma’ruf saat ini berada di kisaran 49,8-55,4 persen. Apalagi, ada pemilih yang berpotensi menggeser arah dukungannya.

Ada 30,7 persen pemilih Jokowi-Ma’ruf yang masih berpeluang mengubah dukungannya hingga pemilu nanti. "Sementara kemungkinan serupa pada pasangan Prabowo-Sandi sebesar 34,2 persen," kata Bambang. 

Dengan adanya pemilih ragu pada kedua belah pihak dan mereka yang hingga kini belum menentukan pilihan, total massa mengambang dapat mencapai 46,8 persen. Hal ini yang membuat hasil akhir pertarungan ini masih sulit dipastikan. 

Bambang menambahkan, indikasi lain juga menunjukkan, masih cukup ruang bagi kedua kubu untuk memikat mereka yang kini berada di zona ambigu. Ada 31,7 persen responden yang tidak memosisikan diri untuk menegasikan atau menolak salah satu pasangan calon. 

Kelompok ini bisa menjadi peluang bagi kedua belah pihak untuk menarik simpati. Sedikit peluang juga dapat terbaca pada tingkat resistensi yang lebih tegas.

Pemilih Jokowi-Ma’ruf yang memastikan diri untuk tidak akan memilih Prabowo-Sandi sebesar 82,2 persen. Sebaliknya, pemilih Prabowo-Sandi yang memastikan tidak akan memilih Jokowi-Ma’ruf sebanyak 79,3 persen. 

Hal ini menunjukkan sikap fanatisme yang sudah cenderung tinggi pada tiap konstituen. Namun, ruang untuk mengubah elektabilitas juga masih tetap ada. Survei dilakukan terhadap 1.200 responden yang dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi. 

Menggunakan metode ini, pada tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error 2,8 persen.

0 Post a Comment: