Profile Cakepda

Sutan Riska Tuanku Kerajaan, Bupati Termuda di Indonesia

Sabtu, Maret 05, 2016 Visi Indonesia Proaktif 0 Comments


BERAWAL dari keprihatinan terhadap kondisi fasilitas kesehatan dan infrastruktur di Dharmasraya, Sumatera Barat, Sutan Riska Tuanku Kerajaan mencalonkan diri menjadi bupati. Kalahkan petahana, pria 26 tahun ini bakal menjadi bupati termuda di Indonesia.


"Ada rasa senang dan ada rasa takutnya. Masyarakat sudah menitipkan (amanat) ke kita semua. Dari 11 kecamatan, saya menang di 10 kecamatan," kata Tuanku saat berkunjung ke Gedung SINDO, Jakarta, Jumat (8/1/2016).



Sutan Riska Tuanku Kerajaan ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Dharmasraya menjadi bupati terpilih Kabupaten Dharmasraya periode 2016-2021 pada tanggal 22 Desember 2015.



Tuanku yang berpasangan dengan Amrizal Dt Rajo Medan, meraup 61.855 suara atau 63,59 persen dari total suara sah. Pasangan itu mengalahkan petahana Adi Gunawan dan Jonson Putra.



Dengan kemenangan itu, pria kelahiran Solok, 27 Mei 1989 itu tercatat bakal menjadi bupati termuda di Indonesia. Pelantikannya akan digelar berbarengan dengan kepala daerah terpilih lainnya di Sumatera Barat.



Tuanku lalu menceritakan alasan dirinya mencalonkan diri menjadi bupati. Menurutnya, banyak masyarakat yang mengadu kepada dirinya perihal parahnya infrastruktur di wilayah Dharmasraya. Juga soal pelayanan publik.



"Masyarakat datang, minta dibikinin jembatan, jalan, minta anaknya itu yang sarjana tetapi tidak punya pekerjaan. Mau jadi PNS juga nggak pernah diterima. Padahal kan menurut UU, 80 persen itu harus putra daerah. Tetapi tidak pernah diberi kesempatan," paparnya.



Selain itu, secara pribadi dia juga merasakan kesulitan untuk mengobati ibunya. "Ibu saya cuci darah dua kali seminggu. Cuci darahnya di kota sebelah, Kota Sawahlunto. Tiga jam dari Dharmasraya. Alhamdulillah kami bisa bawa ibu pakai mobil. Lalu, bagaimana dengan masyarakat yang tidak punya uang itu," katanya, prihatin.



Menurutnya, fasilitas kesehatan di Dharmasraya memang memprihatinkan. Makanya, orang Dharmasraya yang memiliki banyak uang, memilih berobat ke daerah sekitar Dharmasraya seperti Padang.



Dia lalu menceritakan pengalaman mengurus perizinan sendiri. Tuanku merasakan harus dipimpong. "Saya mau lihat bagaimana pemerintah melayani masyarakat. Saya disuruh ke sana, disuruh ke sini. Saya saja ngurus sendiri seperti ini, bagaimana dengan masyarakat," kata lulusan STIE Perdagangan Padang ini.



Karena itu, dia pun memantapkan hati untuk mencalonkan diri menjadi bupati. Dia lalu izin kepada ibunya. Sang ibu sempat berpikir dan menanyakan apakah dia sanggup. "Saya jawab sanggup. Kalau bunda kasih izin, saya mohon doa restu," ujarnya.


Sutan Riska Tuanku Kerajaan (Isra Triansyah/Sindonews)
Pencalonannya sebagai bupati dilanjutkan. Sejumlah tokoh masyarakat yang semula tidak akur, bersatu dan merapat kepada dirinya serta memberikan dukungan. Kepada para seniornya itu, Tuanku meminta dianggap sebagai anak.



Dia juga berembuk dengan tiga raja lain di daerah tersebut. "Saya sampaikan, kalau saya kalah, berarti kalah kita berempat. Kalau menang, menang kita berempat. Ini harga diri kita. Jangan anggap usia saya. Ini harkat kita sebagai Tuanku," jelasnya.



Memang ada juga yang meragukan kemampuannya menjadi bupati. "Saya dibilang anak baru kemarin, anak bawang, anak ingusan, banyaklah hinaan. Jadi tokoh pemuda aja belum, kok mau jadi bupati," ceritanya. 



Namun, dukungan dari para sesepuh, ninik mamak, dan masyarakat, termasuk ibu-ibu, kian memantapkan dirinya maju pilkada. "Saya berjanji kepada diri sendiri, keluarga, Allah SWT, ingin mewakafkan diri saya. Ini saya sampaikan kepada masyarakat," katanya.


0 Post a Comment: