Berita Utama,

Mengejutkan! Survei Terbaru Agus-Sylviana Unggul 36,3 Persen


PILKADA.OR.ID - Hasil survei terbaru lewat WhatsApp terkait Pilkada DKI Jakarta 2017 cukup mengejutkan. Survei ini dilakukan 3 jam setelah pendaftaran calon gubernur dan calon wakil gubernur DKI Jakarta di KPUD tadi malam.

Dalam rilis yang diterima redaksi, survei dilakukan oleh Lembaga Survei Pemilu Indonesia (LSPI) dengan mengunakan metode sebaran media sosial WhatsApp terukur dan dipastikan 800 responden yang terpilih memiliki hak pilih dalam Pilkada DKI Jakarta.

Dari pesan yang dikirim oleh LSPI kepada 800 responden pengguna WhatsApp, yang memberikan respons sebanyak 730 responden, sementara 70 responden belum menjawab.

Adapun dalam waktu 3 jam pasca Pendaftaran di KPUD Jakarta, dalam survei jajak pendapat ditemukan bahwa pasangan Cagub-Cawagub yang paling memberikan rasa “surprise” dan menarik bagi 800 warga Jakarta adalah pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni. Pasangan ini dianggap memberikan rasa surprise dan sangat menarik warga sebesar 67,3 persen.

Sementara untuk pertanyaan yang sama, pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat hanya 15,4 persen.

Dan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno hanya 7,2 persen. Yang tidak tertarik dan tidak merasa sebagai surprise adalah 10,1 persen.

Alasan warga sangat terkejut dan tertarik kepada pasangan Agus Yudhoyono-Sylviana, karena pasangan ini tidak pernah masuk dalam perbincangam selama ini dalam pra pendaftaran ke KPUD. Yang paling menarik juga adalah nama Sylviana.

Alasan rendahnya rasa surprise dan menarik pada pasangan Ahok-Djarot serta Anies-Sandiaga karena mereka dianggap sudah membosankan warga.

Dalam pertanyaan on the spot pada 800 warga DKI, jika Pemilihan Gubenur Dan Wakil Gubenur DKI Jakarta digelar sekarang maka hasil jawaban warga adalah, Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni 36,3 persen; pasangan Ahok-Djarot 21,1 persen, sedangkan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno dipilih sebanyak 10.4 persen. Yang belum memilih sebanyak 32,2 persen.

Warga memilih Agus-Sylviana karena pasangan ini dianggap mampu memimpin Jakarta lebih baik dari Incumbent. Alasan lain karena faktor Sylviana yang lebih menjadi dasar pilihan bagi kaum wanita.

(ald/rmol/pojoksatu/pojoksulsel)

2 Post a Comment:

Agus Cagub DKI,

Benarkah Seorang Agus Harimurti Yudhoyono Adalah Anak Ingusan ?


PILKADA.OR.ID - Beberapa hari yang lalu, seorang analis politik mengatakan bahwa Agus H. Yudhoyono masih anak ingusan. Saya tidak faham apakah yang dikatakan Ikrar Nusa Bhakti itu adalah dikarenakan Agus adalah yang termuda diantara Calon Gubernur DKI dibandingkan dengan usia Ahok dan Anies baswedan yang keduanya tentu masih bisa disebut muda tetapi tentu tidak tepat disebut INGUSAN.


Tetapi apa yang disampaikan oleh pengamat tersebut tidaklah berkaitan dengan umur. Sebelumnya Ikrar dalam sebuah wawancara mengatakan, level Agus yang juga putra sulung SBY di politik maupun kemiliteran masih minim. Padahal, selama ini gubernur DKI yang berlatar militer selalu berpangkat Letnan Jenderal. Misalnya, Ali Sadikin, Tjokropranolo, hingga Sutiyoso"

Sedangkan Agus Yudhoyono baru berpangkat mayor. Ikrar pun menyebut Agus masih ingusan untuk bersaing di Pilkada ibu kota negara. “Buat saya ngaco aja sih. Dia mau jadi panutan. Panutan apa anak masih ingusan gitu?” ujar Ikrar di Jakarta, (Pojoksatu Jumat (23/9)).


Menurut pendapat saya yang awam dibidang politik (maknanya bukan analis politik), apa yang disebut Ikrar tersebut diatas tidaklah benar baik dari sisi usia ataupun aspekta yang lain, yang paling tidak benar adalah bahwa Agus Yudhoyono tidak bisa dibandingkan dengan Ali Sadikin, Tjokropranolo ataupun Setyoso, mengapa?. Karena saat ketiganya tampil sebagai Gubernur DKI prosesinya adalah melalui pengangkatan dan bukan pilihan, sementara jenjang kepangkatan Militer tidak disebut didalam Undang Undang Pilkada, tetapi batasan umur dengan jelas ditetapkan, yang bermanka Agus Yudhoyono sudah sangat pantas untuk tampil karena sudah memenuhi kriteria umur yang ditentukan dalam undang undang.
Ikrar Nusa Bhakti yang memang sudah jauh lebih tua dari Agus Yudhoyono, mungkin saja membandingkan Agus dengan kedua competitornya AHOK dan ANIES yang memang lebih tua dibandingkan dengan Agus, tetapi lebih tua tidak bermakna lebih berpengalaman, karena masing-masing calon tentu bisa disebut sebagai pendatang baru di Pilkada DKI dalam posisinya sebagai "Calon Gubernur", bahkan untuk AHOK sekalipun, dia yang saat ini menjabat sebagai Gubernur DKI sebelumnya adalah Wakil Gubernur terpilih saat Jokowi sebagai Gubernur terpilih. Ahok memang pernah mencalonkan diri di daerahnya sebagai Gubernur tetapi tidak terpilih, sementara Anies Baswedan juga pendatang baru yang tidak bisa disebut sebagai sosok dengan dengan segudang pengalaman, karena memang Anies juga masih muda, dan pengalamannya hanya pada saat dia adu nasib di penjaringan calon pemimpin Partai Demokrat, kemudian sebagai salah satu team sukses Pilpres Jokowi - Kalla dan diangkat menjadi Menteri Pendidikan yang tidak diselesaikannya karena diganti oleh Presiden, kemudian seperti yang diketahui dia menjadi Cagub DKI karena ditetapkan oleh Jenderal Prabowo yang notabene musuh politik pada saatnya, dalam pada itu sebagai akademisi Anies Baswedan pernah duduk sebagai Rektor Universitas Paramadina yang cikal  bakalnya adalah Almarhum Nurcholis Majid, namun saya sama sekali tidak pernah mendengar kehebatannya saat menjadi Rektor, maknanya Anies juga biasa biasa saja.
Yang benar adalah bangsa ini harus memberi kesempatan kepada Pemuda untuk tampil dalam kancah kemimpinan, baik di daerah ataupun di tingkat Nasional, karena jaman sudah menuntut Pemuda untuk berkiprah, dan usia 38 tahun adalah usia yang cukup matang untuk memulai karir sebagai politisi di negeri ini (sama dengan saat Anies Bswedan diangkat sebagai Rektor Universitas Paramadina), karena dahulu di negara lain ada juga sosok pemuda mantan Militer yang sampai di akhir hayatnya menggoncangkan dunia, siapa yang tidak kenal Letkol Qaddafi?. Dialah satu-satunya pemimpin yang berhasil memakmurkan negerinya dan mensejahterakan rakyatnya dengan caranya tentu di dalam memimpin. Jika kemudian terdapat sesuatu yang menimpanya, dalam sekejap Rakyat Lybia sudah merindukannya karena keporak porandaan Lybia. Yang jelas Agus Yudhoyono bukan anak ingusan yang tidak sanggup melawan pesaingnya.
Bagi saya pribadi karir cemerlangnya di militer dan well educatednya tidaklah menjadi sesuatu yang membuat saya tidak menyebutnya sebagai ingusan, tetapi Agus sebagai anak Presiden SBY, Cucu Jenderal sarwo Edhy telah mengikuti kata hatinya, mengorbankan karir militer dengan menerima pencalonannya sebagai CALON GUBERNUR. Jika Agus masih ingusan maka dia tidak akan menerima pencalonan ini, karena karir militernya akan membawanya ke jenjang kepangkatan yang lebih tinggi JENDERAL dan banyak yang bisa dijabat saat pangkatnya sudah Jenderal.
Sementara menjadi "Calon Gubernur" Agus Yudhoyono bisa saja kalah walau kemungkinan besar akan menang, antara kalah dan menang sajalah pilihannya, dan tentu pilihan sadar ini tidak akan diputuskan oleh "Pemuda Ingusan", saya kemudian ingat apa pesan Bung Karno: "Berikan aku 1000 anak muda maka aku akan memindahkan gunung tapi berikan aku 10 pemuda yg cinta akan tanah air maka aku akan menguncang dunia." Ironi jika sosok seperti Ikrar menyebut Agus H. Yudhoyono sebagai anak ingusan?.
Bagi saya Agus Yudhoyono bukan saja akan mampu memperbaiki Jakarta tetapi juga Indonesia " Agus Yudhoyono will become a Young Leader  Who is  Creating A Better Jakarta and Indonesia". Insyaallah .....
Oleh: Datuk Agung Sidayu

0 Post a Comment:

Agus Harimurti Yudhotono,

Presentasi Agus Harimurti Yudhoyono : Visi Besar dan Patriotisme Abad 21

  

PILKADA.OR.ID - Pengamat ingusan eh pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti mencibir langkah Agus Harimurti Yudhoyono yang memilih mundur dari TNI demi ikut pemilihan kepala daerah (pilkada) DKI.

0 Post a Comment:

Ahok dan Jaarta,

Tulisan Prof. Dr. Sutan Remy Sjah: “AHOK Dan JAKARTA”


PILKADA.OR.ID
Prof. Dr. Sutan Remy Sjah
AHOK DAN JAKARTA

Tak ada Gubernur di daerah lain yang punya dana operasional rata-rata hingga Rp. 5 Milyar per bulan kecuali Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (AHOK). Dana operasional Gubernur ini adalah mutlak wewenang dan hak dari AHOK dalam menggunakannya untuk keperluan apapun juga terkait dengan pelaksanaan tugas sebagai kepala daerah.

Sebab dana ini adalah sebagai kompensasi atas usaha yang dilakukan dalam rangka memperoleh PAD (Pendapatan Asli daerah), sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 69 Tahun 2010 tentang tunjangan operasional Kepala Daerah. Tunjangan operasional ini dalam bentuk insentif pajak dan retribusi.

Terkait dengan peraturan tersebut AHOK pernah menjelaskan, apabila di sebuah provinsi memiliki PAD sebesar Rp 500 miliar, maka Gubernur berhak mengambil 1 persen dari dana tersebut. Sama halnya seperti yang pernah ia lakukan ketika menjabat sebagai Bupati Belitung Timur.

Oleh karena untuk DKI jakarta PAD-nya mencapai triliunan rupiah maka Gubernur hanya diberikan hak untuk menggunakan 0,15 persen di antaranya.

“Kami pun bingung pakainya, makanya saya ambil 0,12 persen. Saya mau kasih uang operasional saya kepada Wali Kota dan SekDa supaya kalau ke kawinan atau undangan, mereka ada uang,” kata AHOK.

Bila diasumsikan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) DKI Jakarta tahun 2015 sebesar Rp. 44 Triliun per tahun sebagaimana yang pernah disampaikan oleh AHOK, maka untuk tahun ini kemungkinan besar akan meningkat. Dari jumlah tersebut maka dana operasional yang berhak diambil oleh Gubernur DKI adalah sebesar 0.15%, atau hingga mencapai nilai sebesar Rp. 66 Miliar pertahun, atau rata-rata sekitar Rp. 5.5 Milyar per bulan.

Dengan demikian memang benar adanya kabar bahwa Gubernur DKI adalah Gubernur terkaya di Indonesia. Bila AHOK mau menggunakannya untuk kepentingan pribadi. niscaya AHOK akan menjadi mantan pejabat yang kaya raya setelah jabatannya berakhir tahun depan.

Namun demikian yang terjadi justru AHOK adalah satu-satunya Gubenur yang mengembalikan sisa dana operasional ke kas negara sebesar Rp. 4.8 Miilyar yang tidak sempat digunakan semasa menjalankan tugas bersama Gubernur Jokowi pada tahun 2014 lalu. Selain AHOK, mana ada Gubernur lainnya di negeri ini yang mengembalikan uang operasional, ketika mereka lengser dari jabatannya?

Dana operasional Gubernur ini benar-benar merupakan hak dari AHOK untuk menggunakannya bahkan bila mau, AHOK boleh saja mengambilnya untuk keperluan pribadi. Namun meski demikian, AHOK tak pernah berniat untuk memperkaya diri sendiri dengan adanya dana operasional yang sangat besar tersebut.

AHOK menggunakan dana operasional Gubernur diantaranya untuk menolong warga miskin yang membutuhkan antara lain membantu membiayai warga kurang mampu yang sedang sakit, orang-oramg cacat, anak-anak terlantar, menebus ijasah warga yang ditahan oleh sekolah atau perguruan tinggi, membantu meringankan beban para janda mantan pejabat atau orang-orang yang dahulu pernah berjasa kepada bangsa dan negara dan lain sebagainya.

Dana operasional Gubernur itupun juga tidak semuanya dikuasai oleh AHOK namun sebagian didistribusikan kepada Wakil Gubernur, Walikota dan Sekda. Sebagaimana AHOK pernah menyampaikan bahwa setiap bulan AHOK memberikan jatah uang operasional kepada Sekda DKI sebesar Rp. 100 juta yang penggunaannya diserahkan sepenuhnya kepada Sekda. AHOK hanya berpesan agar uang tersebut digunakan sebaik-baiknya dalam pelaksanaan tugas melayani warga Jakarta.

Jadi jangan heran jika AHOK dapat menyumbang kepada warga hingga ratusan juta rupiah, sebab AHOK memiliki dana operasional yang cukup besar. Tapi dana ini sesungguhnya bisa saja ditahan oleh AHOK sampai akhir jabatannya dan kemudian dibawanya pulang, sebab memang penggunaan dana tersebut tidak perlu dilaporkan kepada pihak manapun.

Itulah AHOK. Sebagai Gubenur AHOK benar-benar berjuang untuk kepentingan warganya, bahkan untuk uang operasional yang bisa saja dibawa pulang untuk keperluan pribadi, namun AHOK tetap saja tak mau melakukannya.

AHOK memilih menggunakan uang itu untuk membantu warganya yang sedang mengalami kesulitan keuangan dan selalu ingin menolong warga agar terlepas dari persoalan yang menjerat kehidupannya.

Sumber:
(https://www.facebook.com/groups/saveahok/permalink/1293577800661180/)

2 Post a Comment:

Berita Partai,

Gara Gara Ahok, Pilkada DKI Jakarta Serasa Pilpres


PILKADA.OR.ID - Pilkada DKI Jakarta menjadi fenomena baru dalam perpolitikan Tanah Air. Tokoh-tokoh kampiun nasional mengambil peran sangat sentral.

Lihat saja peran Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Keterlibatan para ketua umum memang diharuskan dalam UU Pilkada. Karena rekomendasi dari ketua umum diperlukan agar calon yang diusung tidak mengalami perbedaan pendapat antara pimpinan partai di tingkat lokal dengan pusat.

Selain itu, tidak bisa dipungkiri, tiga tokoh itu adalah politikus karismatik yang sangat berpengaruh di Tanah Air. Langkah-langkah mereka menjadi penentu arah politik Indonesia, setidaknya selama mereka masih hidup.

Terlebih, tiga partai itu dinilai sebagai partai yang masih menjual figur pemimpinnya. Keunggulannya, kesolidan partai di dalam pun sulit dipecah.

Karena itu, akan sangat menarik jika tiga tokoh itu "turun gunung" dan sibuk berperan di Pilkada DKI 2017. Kita tidak bisa menutup mata pengaruh dari tiga tokoh tersebut.

Benar kata SBY, Pilkada DKI 2017 ini pilkada rasa pilpres. Tidak salah pernyataan SBY tersebut.

Setidaknya, hal ini terlihat dari peranan Megawati, SBY, dan Prabowo dalam pilkada ini. Bukan tidak mungkin Presiden Joko Widodo juga ikut berperan, meski tidak secara langsung.

Langkah Megawati pemantiknya


Peran Megawati sangat kuat ketika mendaftarkan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dengan Djarot Saiful Hidayat di KPU DKI. Padahal, Ahok diusung juga oleh tiga parpol lain, Partai Golkar, Partai Nasdem, dan Partai Hanura.

Dari tiga parpol lain yang mengusung Ahok, tidak ada satu pun batang hidung ketua umumnya yang dampingi Ahok mendaftar. Hanya Megawati.

Tak cukup sampai di situ, saat mengantarkan Ahok ke KPU DKI, Megawati mempersilakan Ahok semobil dan duduk di sampingnya. Sementara Djarot, duduk di kursi depan. Jelas sekali Megawati menunjukkan arti penting Pilkada DKI 2017.

Sehari sesudah Megawati mengantarkan Ahok ke KPU DKI, SBY pun bereaksi. Ia tak ingin diam menyikapi peran Megawati yang sangat sentral dalam mengusung Ahok.

SBY kemudian menyiapkan jurusnya, sang putra mahkota, Agus Harimurti Yudhoyono dan dipasangkan dengan birokrat Pemprov DKI, Sylviana Murni. Pilihan ini pun didukung PPP, PKB, dan PAN.

Keputusan SBY untuk menarik Agus yang saat ini masih aktif di infanteri TNI AD dengan pangkat mayor cukup riskan. Apalagi, Agus masih hijau untuk masuk dalam perpolitikan, pun pemerintahan. Tak hanya itu, dengan maju di Pilkada DKI, Agus diharuskan mundur dari militer.

Karena itu, langkah SBY disebut-sebut juga mematikan karier militer Agus yang cemerlang dan memiliki kemungkinan menjadi seorang jendral. Sebagai informasi, Agus memiliki tradisi keluarga tentara,  sebut saja SBY yang memiliki bintang tiga di pundaknya sebelum terjun ke politik. Di generasi sebelumnya ada kakek Agus, Letjen (purn) Sarwo Edhie Wibowo, dan paman Agus, Jendral (purn) Pramono Edhie Wibowo. 

Soekarno dulu pernah berkata, "Dalam revolusi, bapak makan anak adalah hal yang lumrah". Mungkin saja SBY sedang melakukan revolusi terhadap Agus, atau justru sebaliknya, entahlah.

Keputusan SBY yang diumumkan tengah malam (22/9/2016) ini memang cukup menarik perhatian, karena SBY dikenal sebagai karakter yang penuh kalkulasi dan pertimbangan. Agus selama ini disebut-sebut sudah diproyeksikan SBY untuk menjadi presiden. Langkah Agus di Jakarta akan menjadistepping stone mendekatkan dirinya menuju Istana.

Prabowo juga tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia paham betul dinamika politik nasional yang kini dikuasai kubu Megawati.

Prabowo tidak ingin Jakarta kembali dikuasai Banteng, terlebih Ahok sebelumnya adalah kader Partai Gerindra yang akhirnya memutuskan keluar karena tidak setuju dengan keputusan partai yang ingin pemilihan kepala daerah dilakukan oleh DPRD ketika itu.

Langkah Prabowo terlihat hati-hati, bahkan ketika dirinya diminta ke Cikeas, ia menolak calon yang diusung koalisi di Cikeas itu yang diketahui mengusung Agus.

Prabowo pun mengerti, Agus yang menjadi putra mahkota SBY kemungkinan diproyeksikan juga sebagai calon presiden nantinya. Ini tentu situasi yang kurang baik bagi diri dan partainya.

Langkah Gerindra untuk mengajukan calonnya memang alot, lobi belasan jam hingga berganti hari. Sandiaga Uno yang sebelumnya dipastikan akan diusung Gerindra belum menemui kepastian dengan siapa ia akan maju.

Belakangan, nama Anies Baswedan muncul dan menjadi calon gubernur dari Partai Gerindra dan PKS. Sandiaga yang selama delapan bulan menyosialisasikan dirinya sebagai bakal calon gubernur harus puas dengan posisi calon wakil gubernur dengan keputusan yang diambil pada Jumat (23/9/2016).

Mungkin situasi akan bertambah pelik jika saja Megawati mendaftarkan Ahok-Djarot di hari terakhir, 23 September 2016, bukan saat hari pertama pendaftaran (21/9/2016). Lobi-lobi kilat yang kalang kabut bisa saja terjadi, atau jika deadlock bisa saja Ahok-Djarot jadi calon tunggal.

Magnet Ahok


Nama Ahok yang membuat para tokoh kampiun itu ambil peran tak bisa dipungkiri adalah penyebabnya. Ahok sejauh ini dinilai tidak memiliki lawan yang kuat di Pilkada DKI 2017. Karena itu, para tokoh tadi pun putar otak, termasuk Megawati yang belakangan mengusung Ahok.

PDI-P pun mengalami dinamika yang luar biasa sebelum memutuskan mengusung Ahok. Sempat ada gejolak di internal mereka, meski pada akhirnya mengaku solid dukung Ahok.

Lantaran Ahok diusung Megawati, sumbu pun tersulut hingga membuat SBY dan Prabowo ikut dalam pertandingan. Memang, dukungan Megawati ini membangkitkan romantisme persaingan di pilpres.

Perlu diingat, Ahok sebenarnya sudah kuat dengan maju melalui jalur perseorangan karena persyaratannya sudah mencukupi. Meski akhirnya, Ahok memilih maju melalui jalur parpol dengan dukungan dari Partai Golkar, Partai Nasdem, dan Partai Hanura. Pilihan PDI-P yang belakangan mendukung Ahok inilah yang membuat tokoh-tokoh yang tidak mendukung Ahok langsung bereaksi.

Sumbu yang tersulut itulah yang membuat SBY dan Prabowo turun gunung. Panggung pilkada semakin terlihat layaknya pilpres.

Rasa Pilpres

Pilpres 2019 memang masih empat tahun lagi, namun waktu itu akan cukup untuk mematangkan calon agar mumpuni maju di kancah nasional. Salah satunya adalah dengan menjadikan Jakarta sebagai laboratorium politik menuju Istana. Setidaknya Presiden Joko Widodo membuktikan keberhasilan itu

Jakarta adalah kunci! Tidak berlebihan, karena di sinilah pusat kekuasaan berada. Pusat perhatian media, dan konsentrasi masyarakat. Apa yang terjadi di Jakarta langsung tersebar di seantero nusantara.

Karena itu, penguasa Jakarta akan sangat vital ditempati. Jika bukan sebagai batu loncatan, ya sebagai eksistensi pengaruh perpolitikan nasional.

Selain itu, Ahok juga berulang kali menyebut dirinya ingin menjadi orang nomor satu di Tanah Air lantaran banyak orang yang meremehkan dirinya. Ahok pun menilai dirinya cocok mendampingi Jokowi di pilpres.

Menarik melihat para tokoh senior skala nasional turun gunung untuk memperhatikan Jakarta. Nama "Khusus" yang disandang propinsi kita memang benar-benar dapat perlakuan spesial dari tokoh-tokoh tersebut.

Namun, Jakarta butuh konsistensi kebijakan, butuh keberlanjutan kepemimpinan, tidak bisa bongkar pasang kebijakan dalam jangka pendek. Pergantian pucuk pimpinan di Jakarta di tengah jalan dikhawatirkan mengganggu konsistensi tersebut.

Selain itu, kita bisa saja tertawa melihat betapa perpolitikan kita dipegang secara oligarki. Tiga pucuk pimpinan itu memang bagai memiliki poros tersendiri. Poros Megawati, poros SBY, dan poros Prabowo. Apa yang terjadi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kepentingan mereka.

Kembali ke Jakarta. Tiga pasangan calon sudah mendaftar, tidak tertutup kemungkinan saat kampanye nanti pengaruh tiga politikus senior itu kembali terlihat.

Kita nikmati saja panggung yang ada, dengan pilihan yang logis dan sesuai, silakan memreteli apa yang akan dilakukan pasangan calon itu untuk Jakarta, bukan sebatas mengalahkan sang petahana.

Penulis: Fidel Ali

Editor: Heru Margianto

Sumber:
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/09/24/14010271/gara-gara.ahok.pilkada.dki.berasa.pilpres

0 Post a Comment:

Ahok Anies Agus Cagub DKI,

Peluang Ahok, Anies dan Agus Dalam Pilkada DKI 2017


ELVIPS.COM - Oleh Datuk Agung Sudayu - Sesungguhnya tidak satupun diantara pendukung ketiga Calon Gubernur DKI yang ada boleh mengklaim bahwa Cagub yang didukungnya adalah yang terbaik karena mempunyai pengalaman lebih dari yang lain. Yang jelas ketiganya menurut pendapat saya adalah pendatang baru yang akan bertaruh untuk mendapatkan simpati pemilih di Jakarta dan bisa menempatkan dirinya sebagai "GUBERNUR TERPILIH". Ahok yang saat ini menjabat sebagai Gubernur DKI, mendapatkan kedudukannya dikarenakan Jokowi terpilih menjadi Presiden RI, artinya Ahok juga belum mempunyai pengalaman sebagai Gubernur terpilih. Sementara Anies Baswedan dikenal dalam kancah politik hanya sekejap, saat dia berkiprah dalam kancah penjaringan calon Presiden yang dilakukan oleh Partai Demokrat, kemudian dengan perjalanan waktu dia meloncatkan kakinya ke kubu Jokowi - Kalla , dalam sekejap pula dia menjadi Menteri Pendidikan yang dijabatnya tidak sampai akhir, karena penilaian Presiden, kemudian bersetuju menjadi Calon Gubernur usungan Jenderal Prabowo, yang notabene lawan politiknya saat Pilpres 2014 yang lalu. Akan halnya Agus Yudhoyono, tidak satupun diantara kita yang tidak tahu bahwa dia masih sangat muda, seorang perwira menengah TNI, dan sama sekali tidak pernah terjun ke politik secara langsung. Walhasil semua calon Gubernur DKI tersebut masing masing adalah pendatang baru yang mempunyai peluang untuk menang dan juga kalah suatu kewajaran dalam sebuah pertandingan.

Walau sebagai pendatang baru sebagai "Calon Gubernur" ternyata yang paling diuntungkan adalah Cagub AHOK, mengapa?. Karena Ahok adalah Gubernur (Bukan GUbernur terpilih) DKI saat ini, yang sudah mampu menunjukkan beberapa karya positivenya, dan keberaniannya didalam mengambil keputusan bahkan untuk hal hal yang kontroversial sekalipun, perjalanan singkatnya sebagai Gubernur DKI yang syarat dengan berbagai hal, telah menjadikannya sebagai Calon Gubernur yang paling terkenal di Pilkada kali ini, bahkan bisa mengalahkan kedua Cagub lainnya dalam kaitan dengan official network di DKI, semuanya sangat bermanfaat bagi Ahok untuk memenangkan pertandingan, bahwa namun demikian sebagai Gubernur, Ahok mempunyai banyak hal yang bisa digunakan oleh lawan lawan politiknya sebagai sasaran tembak, bukan saja berbagai peristiwa yang meninggalkan syak wasyangka negative, tetapi yang jelas hal yang berkaitan dengan Suku dan Agama saat ini menjadi issue yang mau atau tidak mau, langsung atau tidak langsung akan dijadikan salah satu alat untuk menjauhkan Ahok dari pemilihnya.

Akan halnya Anies Baswedan, dia tidak punya point of interest sebagai yang di punyai oleh Ahok tersebut diatas, tetapi Anies adalah sosok muda yang cukup handal didalam memperjuangkan dirinya dan mewujudkan ambisi politiknya, dia juga mempunyai atsaris sujud yang jelas sebagai cucu dari seorang pejuang Indonesia AR Baswedan, namun dalam kaitan dengan Pilkada DKI, jujur saja dia tidak bisa menunjukkan karya karya besarnya sebagai " Past Performance" baik sebagai seorang akademisi ataupun sebagai seorang Menteri, hal yang paling mendukung Anies adalah bahwa dia adalah seorang Muslim dan dibantu pula oleh seorang Cawagub yang handal dalam kaitan dengan business, yang tentu jika keduanya terpilih DKI akan di pimpin sebagai mereka memimpin lembaga business, yang tentu saja dipimpin secara innovative yang berhasil guna bagi warga DKI. Untuk pencalonan Anies tentu yang menuai imbalan positive adalah Jenderal Prabowo yang dalam Pilpres yang lalu menjadi lawan Anies Baswedan yang saat itu mendukung Jokowi, dan semua orang masing ingat bahkan Ahok pun bisa tampil di DKI karena faktor Prabowo. Hal mana akan menjadi salah satu point of interest jika Prabowo akan kembali mencalonkan diri untuk Pilpres 2019 nanti.

Bagaimana pula dengan Agus Yudhoyono?. Semua orang faham bahwa dia baru terjun ke politik praktis saat di tetapkan sebagai "Calon Gubernur DKI" oleh poros Cikeas, karena selama ini Agus Yudhoyono adalah seorang Militer yang tentu diharapkan akan menjadi seorang Jenderal seperti Kakeknya Sarwo Edhy Wibowo, dan ayahnya Jenderal Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang juga presiden Indonesia selama dua Priode kepemimpinan. Menuruti kehendak Partai Demokrat yang bermakna kehendak Ayahnya, dan juga Partai Partai pengusung yang lain, PKB, PPP dan PAN merupakan pertanda adanya sikap hormat seorang muda pada orang tua dan yang dituakannya, jika dia terpilih maka akan ada ukiran sejarah, tetapi jika kalah maka akan ada pengorbanan yang amat bermakna dalam kehidupannya, dan Agus akan menjadi satu satunya Putera terbaik Indonesia yang harus mengundurkan diri sebagai Perwira TNI untuk mengabdikan diri pada Bangsanya dan menuruti kehendak Orang tuanya. Saya melihat hal ini sebagai sisi positive yang tidak ada duanya, dan dalam sejarah Ummat manusia mungkin bisa di ibaratkan sebagai ketaatan Nabi Ismael AS kepada ayahnya Nabi Ibrahim AS.

Akankah Agus Yudhoyono mampu memenangkan pertandingan dalam Pilkada DKI ini?. Tentu kemungkinan itu sangat besar, bukan saja karena faktor tersebut diatas, tetapi juga dikarenakan adanya "atsaris sujud" yang sangat sangat jelas, yakni dia adalah cucu dari seorang pendekar militer Jenderal Sarwo Edy Wibowo dari garis keturunan Ibundanya, dan tentu Putera Presiden SBY yang juga seorang Jenderal yang mampu menjadi Presiden selama dua kali prieode kemimpinan, dan mungkin jarang yang memahami bahwa dalam darah Agus Yudhoyono mengalir darah pemimpin dan pejuang serta penyebar agama Islam di Ponorogo BATORO KATONG. Jika memilih menantu saja dalam tuntunan diharuskan untuk mempertimbangkan bobot, bebet, dan bibit, apatah lagi dengan memilih PEMIMPIN?.

Yang menjadi faktor positive lainnya adalah dukungan PKB,PPP dan PAN. Karena bagaimanapun PKB sangat identik dengan Nahdhiyyin begitu juga PPP mempunyai pemilih dan pendukung captive di DKI, sementara walau PAN hanya punya dua orang anggota DPRD tetapi partai ini sangat erat kaitannya dengan warga Muhammadiyah. Dalam hal Pilkada DKI kali ini, tentu semua sympatisan Partai pendukung bersetuju untuk memilih Cagub yang di usungnya, terlebih lagi dengan Pendukung Partai DEMOKRAT tentu mereka tidak rela jika Calon pemimpinnya dikalahkan oleh Cagub yang lain. Bukankah Ahok juga dicalonkan oleh Partai Partai besar yang mendominasi keanggotaan di DPRD DKI tentu hal ini benar dan hal ini menjadi tantangan bagi Agus Yudhoyono dan Team suksesnya, tetapi pilkada sangat berbeda dengan Pileg, dan tentu sangat difahami bahwa mayoritas pendukung ketiga Partai besar tersebut diatas adalah pemilih Muslim, sementara issue inilah yang sangat santer menyeruak dikalangan masyarakat baik langsung atau melalui sosial media yang sudah sangat menjamur di era ICT ini.

Menurut pendapat saya, siapapun yang terpilih sebagai Gubernur, maka semua penduduk DKI harus menerimanya dengan legowo, termasuk jika AHOK yang akan menerima amanah kepemimpinan di DKI walau dengan kemenangan AHOK kita harus mengakui bahwa Agama sudah tidak lagi menjadi hal penting dinegeri ini, suara ulama sudah tidak lagi menjadi panutan, dan jangan berharap terlalu jauh kedepan bahwa Ummat islam bisa menempatkan putera puteri terbaiknya di negeri tercinta ini. begitulah resiko hidup berdemokrasi. Pertanyaannya adalah apakah hal ini akan terjadi?. Dengan tiga pasangan Calon Gubernur tentu hal ini sangat sulit terjadi, karena proses pemilihan akan terjadi dalam dua kali pemilihan, dan dalam pemilihan kedua tentu akan ada dua pasangan saja. Jika pasangannya adalah AHOK melawan Agus Yudhoyono, maka pendukung Anies Baswedan akan menyatu ke pendukung Agus Yudhoyono, begitu pula sebaliknya. Namun jika yang bertarung di pemilihan kedua adalah Anies Baswedan dan Agus Yudhoyono, maka siapapun yang menjadi pemenangnya, akan menyenangkan mereka yang saat ini berpendapat ASAL BUKAN AHOK.

Sahabat sahabat banyak yang bertanya siapa yang akan menjadi Gubernur DKI kali ini?. Jawaban saya Kul ilmuha Indallah (hanya allah saja yang tahu). Tetapi Pilkada DKI kali ini adalah ujian bagi Ummat Islam yang menjadi mayoritas penduduk dan pemilih di DKI. Dan tentu saya berdoa kiranya Pikada DKI kali ini terlaksana dengan aman dan tenteram.

0 Post a Comment:

Anies Baswedan - Sandiaga Uno,

Usung Anies-Sandiaga, Prabowo: Kami Cari yang Terbaik untuk Warga Jakarta

PILKADA.OR.ID - Gerindra dan PKS akhirnya mengambil keputusan soal cagub DKI yang diusung di Pilgub DKI 2017. Anies Baswedan resmi diusung jadi cagub DKI dan Sandiaga Uno dipercaya jadi cawagubnya.


"Setelah melalui satu proses yang sangat panjang bahkan yang bisa dikatakan prosesnya sudah berjalan lebih dari delapan bulan. Kami dari Partai Gerindra dan PKS dalam rangka menjalankan fungsi kami sebagai pembawa aspirasi dalam sebuah negara berdemokrasi adalah untuk membawa aspirasi rakyat," kata Ketum Gerindra Prabowo Subianto dalam konferensi pers di kediaman Prabowo Subianto di Jl Kertanegara, Jakarta Selatan, Jumat (23/9/2016)



Prabowo menuturkan Gerindra dan PKS menangkap tuntutan rakyat, menangkap harapan rakyat, menangkap permintaan rakyat untuk sebuah perubahan mendasar di DKI.



"Terutama yang kami tangkap adalah rakyat DKI bahkan bahkan rakyat Indonesia mengharapkan Gubernur baru di DKI," kata Prabowo.



Dan karena itulah Gerindra dan PKS berusaha dan sekeras tenaga mencari pribadi-pribadi terbaik yang bersedia dan berbakti untuk warga DKI Jakarta. Prabowo kemudian mengenang pada Pilgub DKI tahun 2012 silam Gerindra mengusung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang kini maju diusung PDIP, NasDem, Hanura, dan Golkar.



"Saya ingatkan bahwa saya dulu mencalonkan Pak Ahok untuk calon wakil gubernur DKI dan sekarang saya mencalonkan, menyimpan harapan rakyat untuk perubahan," kata Prabowo.



Kemudian ia mengumumkan pasangan cagub DKI yang diusung PKS dan Gerindra. "Dan untuk itu kami setelah proses berembuk yang cukup panjang menetapkan mencalonkan saudara Anies Rasyid Baswedan sebagai calon gubernur Daerah Khusus Ibu Kota untuk masa bakti 2017-2022. Beliau bukan kader Partai Gerindra, bukan pula kader PKS, tapi Gerindra dan PKS tidak memandang harus dari partai, kita cari yang kami pandang terbaik yang bisa kita persembahkan kepada rakyat Ibu Kota dan saudara Sandiaga Salahuddin Uno sebagai calon wakil gubernur Daerah Khusus Ibu Kota untuk periode 2017-2022," kata Prabowo.



Prabowo menilai keduanya adalah putra terbaik bangsa. "Kami nilai mampu untuk membawa DKI ke arah yang lebih baik, lebih adil, lebih sejahtera, menuju Indonesia Raya yang kita cintai ini," tegas Prabowo.

Sumber:
http://news.detik.com/berita/d-3305478/usung-anies-sandiaga-prabowo-kami-cari-yang-terbaik-untuk-warga-jakarta?utm_source=News&utm_medium=Msite&utm_campaign=ShareFacebook

0 Post a Comment:

Berita Partai,

Inilah Alasan Hanura Usung RW-Irvan dan Amin-Saleh di Pilkada Riau 2017

PILKADA.OR.ID - Suara parlemen 4 kursi partai Hanura di parlemen DPRD Kota Pekanbaru diberikan bulat ke pasangan calon walikota Ramli Walid dan Irvan Herman. Hanura memberikan suaranya berdasarkan pertimbangan matang.

Hal itu ditegaskan oleh Sayed Junaidi Rizaldi sebagai tim Pilkada Nasional DPP Hanura. Menurutnya keputusan tersebut telah melalui pertimbangan survei yang dapat dipercaya.

Untuk Pilkada di kabupaten Kampar, DPP Hanura memberikan suaranya kepada pasangan Muhammada Amin dan Muhammad Saleh.

"Karena itu, partai memberikan dukungan kepada kedua kandidat tersebut. Kita yakin bisa memenangkan pemilihan. Karena selain mempunyai program yang bagus, kedua kandidat tersebut juga merakyat. Mereka tidak asing lagi di mata masyarakat," ujarnya.

Hanura dengan seluruh kader partai akan bersatu memenangkan kedua pasangan tersebut. Sebab, ini putusan partai, maka sudah jadi kewajiban bagi seluruh kader memenangkan kandidat yang diusung Hanura.

"Kita punya kader yang loyal dengan partai. Kalau pun ada kader yang tidak tunduk dengan putusan ini, akan kita tindak tegas. Akan disanksi sesuai AD/ART partai. Sanksi terberat bisa pemecatan," ujarnya.

Ia menanbahkan, bukti Hanura mempunyai kader yang solid bisa dilihat dari perolehan kursi saat Pemilu lalu. Dimana, di Pekanbaru Hanura memiliki 4 kursi dan di Kampar 5 kursi.

"Kekuatan ini akan diperkuat oleh partai koalisi. Kita optimis akan memenangkan pemilihan di Kampar dan Pekanbaru," tegas  ketua umum Nurani Rescue partai Hanura itu.

SUMBER :
http://www.forumriau.com/2016/09/inilah-alasan-hanura-usung-rw-irvan-dan.html?m=1

0 Post a Comment:

Berita Politik,

Sayed Junaidi Rizaldi : Hanura Optimis Menang di Riau

PILKADA.OR.ID - PARTAI Hanura optimis pasangan calon Muhammad Amin dan Muhammad Saleh yang diusung di Pilkada Kabupaten Kampar bisa memenangkan pertarungan yang akan dihelat 2017 nanti. Begitu juga kandidat yang diusung di Pilkada kota Pekanbaru, Ramli walid-Irvan herman.


Ketegasan itu disampaikan Tim Pilkada Pusat DPP Partai Hanura, Sayed Junaidi Rizaldi. Menurutnya, sebelum memberikan dukungan, Hanura sudah melakukan survei. Kedua pasangan calon yang diusung di Kampar dan Pekanbaru itu memiliki kans menang yang cukup besar.

"Karena itu, partai memberikan dukungan kepada kedua kandidat tersebut. Kita yakin bisa memenangkan pemilihan. Karena selain mempunyai program yang bagus, kedua kandidat tersebut juga merakyat. Mereka tidak asing lagi di mata masyarakat," ujarnya.

Selain itu, lanjutnya, seluruh kader partai akan bersatu memenangkan kedua pasangan tersebut. Sebab, ini putusan partai, maka sudah jadi kewajiban bagi seluruh kader memenangkan kandidat yang diusung Hanura.

"Kita punya kader yang loyal dengan partai. Kalau pun ada kader yang tidak tunduk dengan putusan ini, akan kita tindak tegas. Akan disanksi sesuai AD/ART partai. Sanksi terberat bisa pemecatan," ujarnya.

Ia menanbahkan, bukti Hanura mempunyai kader yang solid bisa dilihat dari perolehan kursi saat Pemilu lalu. Dimana, di Pekanbaru Hanura memiliki 4 kursi dan di Kampar 5 kursi.

"Kekuatan ini akan diperkuat oleh partai koalisi. Kita optimis akan memenangkan pemilihan di Kampar dan Pekanbaru," tegas  ketua umum Nurani Rescue partai Hanura itu.


Ramli-Irvan dan Amin-Saleh Adalah Pilihan yang Tepat di Pilkada Kota Pekanbaru

Setelah menjatuhkan pilihan untuk mendukung pasangan calon Ramli Walid dan Irvan Herman bertarung di Pilwako Pekanbaru, Partai Hanura optimis akan memenangkan Pilwako Pekanbaru dan juga Pilkada Kampar, yang mengusung pasangan Muhammad Amin-Muhammad Saleh.
Tim Pilkada Pusat DPP Partai HanuraSayed Junaidi Rizaldi mengatakan, sebelum memberikan dukungan, Hanura sudah melakukan survei. Kedua pasangan calon yang diusung di Kampar dan Pekanbaru itu memiliki kans menang yang cukup besar.
"Tidak salah kami memberikan dukungan kepada kedua kandidat tersebut. Kita yakin bisa memenangkan pemilihan. Karena selain mempunyai program yang bagus, kedua kandidat tersebut juga merakyat. Mereka tidak asing lagi di mata masyarakat," ujar Sayed yang juga mantan Ketua DPD Hanura Riau ini.
Selain itu, lanjutnya, seluruh kader partai akan bersatu memenangkan kedua pasangan tersebut. Sebab, ini putusan partai, maka sudah jadi kewajiban bagi seluruh kader memenangkan kandidat yang diusung Hanura.
"Kita punya kader yang loyal dengan partai. Kalau pun ada kader yang tidak tunduk dengan putusan ini, akan kita tindak tegas. Akan disanksi sesuai AD/ART partai. Sanksi terberat bisa pemecatan," ujarnya.
Ia menanbahkan, bukti Hanura mempunyai kader yang solid bisa dilihat dari perolehan kursi saat Pemilu lalu. Dimana, di Pekanbaru Hanura memiliki 4 kursi dan di Kampar 5 kursi.
"Kekuatan ini akan diperkuat oleh partai koalisi. Kita optimis akan memenangkan pemilihan di Kampar dan Pekanbaru," tegas ketua umum Nurani Rescue partai Hanura ini.

Sunber:
http://pekanbaru.tribunnews.com/2016/09/23/hanura-sebut-ramli-irvan-dan-amin-saleh-adalah-pilihan-yang-tepat

0 Post a Comment:

Anies Baswedan Calon Gubernur DKI,

Gerindra-PKS Usung Anies Baswedan - Sandiaga Uno

PILKADA.OR.ID - Partai Gerindra dan PKS akan mengumumkan nama cagub dan cawagub yang akan diusung pada Pilgub DKI Jakarta pada Jumat (23/9) sekitar pukul 13.30 WIB. Setelah pengumuman nama cagub dan cawagub, selanjutnya pada pukul 15.30 WIB akan langsung mendaftar ke KPU DKI Jakarta. 

Sumber SP di internal Partai Gerindra mengungkapkan mantan Mendikbud Anies Baswedan diplot menjadi cagub dan Sandiaga Uno jadi cawagub. Hal itu, kata dia, sudah menjadi keputusan dan telah ditetapkan Jumat sekitar pukul 11.30 WIB di kediaman Prabowo di Jalan Kartanegara, Jakarta Selatan.
“Mudah-mudahan enggak ada perubahan lagi. Sudah ditetapkan barusan Anies-Sandi,” ucapnya ketika dihubungi SP, Jumat siang.
Ia mengatakan penetapan Anies-Sandi sudah merupakan kesepakatan antara petinggi Gerindra dan PKS, seperti Prabowo, Sekjen Gerindra Ahmad Muzani, dan Presiden PKS Shohibul Iman. 
Sementara itu, Ahmad Muzani mengatakan deklarasi akan dilakukan Jumat pukul 13.30 WIB. Deklarasi akan diumumkan langsung oleh Ketua Umum dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo bersama dengan Ketua Dewan Syuro PKS Pak Habib Salim Al Jufri dan Presiden PKS Shohibul Iman di rumah Kartanegara.
“Proses ini memang sedikit memakan waktu sehingga harus sabar masyarakat Jakarta dan kawan-kawan semuanya. Karena kita ingin bahwa calon yang akan kita munculkan menjadi calon pemimpin Jakarta adalah orang-orang yang memenuhi harapan masyarakat Jakarta untuk mewujudkan ibu kota negara Republik Indonesia ini menjadi lebih baik, lebih beradab dan berkeadilan sehingga kita memunculkan sosok pemimpin yang betul-betul memenuhi harapan masyarakat,” kata Muzani di rumah Kartanegara, Jumat siang.
Dalam memutuskan calon, kata Muzani, ada banyak exercise yang harus dilakukan untuk mencocokkan para calon yang kelak dipilih masyarakat.
“Tetapi insya Allah kesabaran itu akan berbuah dengan baik dan kami sangat berterima kasih kepada kawan-kawan dan masyarakat yang telah memberi perhatian besar kepada keputusan kami ini. Insya Allah ini adalah hari baik buat kami untuk mengumumkan cagub dan cawagub DKI,” katanya.

0 Post a Comment:

Berita Politik,

Ucapan Terima Kasih dan Permohonan Maaf dari Yusril Ihza Mahendra


PILKADA.OR.ID

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Keputusan yang telah diambil oleh partai2 non pendukung petahana pada Jum'at 23 September 2016 mungkin telah membuat rasa puas pada sebagian warga masyarakat, namun bisa pula menimbulkan rasa kecewa pada sebagian lainnya. Namun apapun juga perasaannya, itulah realitas politik yang kita hadapi. Karena itu, saya ucapkan selamat kepada pasangan Agus dan Sylviana dari "Koalisi Cikeas" dan pasangan yang hari ini juga namanya akan diumumkan oleh Koalisi Gerindra dan PKS untuk bertarung dalam memenangkan Pilkada DKI Jakarta 2017.

Saya mengucapkan ribuan terima kasih kepada warga masyarakat, terutama dari lapisan bawah yang telah memberikan dukungan kepada saya. Terima kasih juga saya sampaikan kepada para ulama, habaib, ustadz dan muballigh yg telah berusaha keras membantu saya. Juga kepada para relawan, politisi, aktivis, wartawan, tokoh2 LSM dan semua kalangan yang dengan tulus ikhlas membantu saya dalam proses pencalonan Gubernur DKI Jakarta yang lalu. Bahwa upaya ini tidak berhasil, semuanya saya serahkan kepada kehendak Allah Yang Maha Kuasa. Saya dan keluarga serta teman2 seperjuangan tetap sabar dan tabah menghadapinya.

Perjuangan kita dalam membangun demokrasi, menegakkan hukum dan keadilan, serta membangun ekonomi kerakyatan yg berkeadilan serta menegakkan kedaulatan rakyat dan martabat bangsa dan negara masih jauh dan masih panjang. Kita tetap harus sabar dalam berjuang, dengan mengorbankan apa saja yg perlu dikorbankan. Politik bukanlah sebuah permainan kekuasaan dengan menonjolkan kepentingan sesaat, tetapi sebuah pengabdian yang tulus kepada rakyat, bangsa dan negara untuk memajukannya.

Sekali lagi saya ucapkan terima kasih atas segala bantuan, pengorbanan dan dukungan yang datang dari begitu banyak orang dalam proses pencalonan gubernur DKI Jakarta ini. Saya mohon maaf pula, jika saya telah mengecewakan para pendukung karena ketidakberhasilan saya maju sebagai calon. Saya memetik hikmah dan sekaligus introspeksi atas semua yang terjadi.

Akhirnya hanya kepada Allah jua, saya mengembalikan segala persoalan.

Wassalamu'alaikum Wr.Wb

Yusril Ihza Mahendra

Sumber:
http://www.nusanews.com/2016/09/ucapan-terima-kasih-dan-permohonan-maaf.html

0 Post a Comment:

Agus Yudhoyono,

Koalisi Cikeas Resmi Usung Agus Yudhoyono-Sylviana Murni di Pilgub DKI

PILKADA.OR.ID - Kejutan nama baru di persaingan Pilgub DKI terbukti. Empat parpol yakni Demokrat, PPP, PKB dan PAN resmi mengusung pasangan Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni sebagai pasangan cagub-cawagub DKI Jakarta. 

"Akhirnya kami sepakat berempat, disepakati kandidat gubernur dan wagub untuk DKI 2017 yaitu cagub Agus Harimurti Yudhoyono berpasangan dengan cawagub Sylviana Murni," ujar Ketum PAN Zulkifli Hasan dalam jumpa pers di kediaman SBY di Puri Cikeas, Jumat (23/9/2016).


Pengumuman pasangan calon ini dihadiri Ketum PKB Muhaimin Iskandar, Ketum PPP Romahurmuziy dan para petinggi empat parpol yakni Waketum PD Syarief Hasan, Amir Syamsuddin, Sekjen PKB Abdul Kadir Karding dan Sekjen PPP Arsul Sani, Sekjen Demokrat Hinca Pandjaitan.

Sementara itu Ketum PKB Muhaimin Iskandar mengatakan pasangan ini cukup ideal untuk menjawab kebutuhan masyarakat DKI Jakarta. 

"Dengan berbagai pertimbangan, kebutuhan mewujudkan ketenangan di masyarakat, maka kombinasi generasi muda dan tangguh, fresh dipadu oleh seorang Ibu Sylviana. Maka dari itu disepakati pasangan Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni dengan tema Jakarta untuk Rakyat," tutur Muhaimin. 


Maju ke Pilkada, Agus Yudhoyono dan Sylviana Mundur dari Jabatan


Agu‎s Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni akan mundur dari jabatannya setelah resmi maju menjadi pasangan calon gubernur dan wakil gubernur di Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta yangÅ digelar Februari 2017.


Agus nantinya akan menanggalkan jabatan sebagai Danyonif Mekanis 203/Arya Kemuning dengan pangkat Mayor. Sedangkan Sylviana akan mundur dari jabatannya sebagai Deputi Gubernur DKI Jakarta bidang Kebudayaan dan Pariwisata.‎

"Konsekuensi tentu yang sedang aktif mengundurkan diri," ujar Sekjen Partai Demokrat Hinca Pandjaitan di Kediaman Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono di Cikeas, Bogor, Jumat dini hari (23/9/2016).

Dia menambahkan, proses pengunduran ini akan dilakukan secepatnya. Sehingga, keduanya bisa leluasa membuat persiapan bertarung di Pilkada.


"Ini sedang diurus untuk proses pengunduran diri keduanya," kata Hinca.


Pasangan Agus-Sylviana didukung oleh Poros Cikeas yang terdiri dari Partai Demokrat, PPP, PKB dan PAN. Mereka akan mendaftar ke KPUD malam nanti.


Pasangan ini, untuk sementara, akan melawan pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Syaeful Hidayat yang didukung oleh Nasdem, Golkar, Hanura dan PDI Perjuangan.

Sedangkan koalisi Gerindra dan PKS untuk sementara ini baru mencuatkan nama Sandiaga Uno. Mereka akan resmi mengumumkan pasangan yang diusung jam 2 sore di KPUD.

0 Post a Comment: